Lautan Dunia Menuju Titik Kritis

Bagi kehidupan di Bumi, lautan sangatlah esensial. Tidak hanya menyediakan makanan dan sumber daya, mereka juga berperan besar dalam menjaga iklim yang stabil: sekitar seperempat hingga sepertiga dari seluruh CO2 yang diemisikan manusia, yang seharusnya tinggal di atmosfer dan memperparah perubahan iklim, diserap dan disimpan oleh laut.

Namun, lautan sedang dalam masalah. Sudah menghadapi berbagai tekanan dari manusia—termasuk penangkapan ikan berlebihan, polusi, kenaikan suhu, dan pengasaman—beban pada laut dunia diperkirakan akan berlipat ganda dalam beberapa dekade mendatang. Hal ini akan memiliki konsekuensi negatif yang besar bagi biodiversitas maupun bagi umat manusia di seluruh dunia.

Sebuah tim internasional yang dipimpin oleh Pusat Analisis dan Sintesis Ekosistem Nasional (NCEAS) di Universitas California, Santa Barbara, telah memodelkan bagaimana tekanan pada lautan dunia dapat berubah di masa depan. Analisis mereka memproyeksikan bahwa sekitar tahun 2050, tekanan kumulatif pada lautan bisa meningkat 2,2 hingga 2,6 kali lipat dibandingkan hari ini. Peningkatan dampak paling cepat akan terjadi di dekat khatulistiwa, di kutub, dan di wilayah pesisir.

“Dampak kumulatif kita pada lautan, yang sudah signifikan, akan berlipat ganda pada 2050—hanya dalam 25 tahun,” jelas Ben Halpern, ahli ekologi kelautan dan direktur NCEAS, dalam sebuah pernyataan universitas. “Ini mengetuk hati. Dan ini tak terduga, bukan karena dampaknya akan meningkat—itu tidak mengejutkan—tetapi karena mereka akan meningkat sangat banyak, dan sangat cepat.”

Halpern dan timnya, bekerja sama dengan Universitas Nelson Mandela di Afrika Selatan, mengintegrasikan 17 set data dari seluruh dunia untuk menciptakan model global komprehensif tentang sejauh mana dan intensitas dampak aktivitas manusia pada samudera. Studi sebelumnya seringkali membahas dampak aktivitas tertentu secara terpisah; studi kali ini mengintegrasikan aktivitas-aktivitas tersebut untuk lebih jelas menyoroti gambaran masa depan lingkungan laut.

MEMBACA  Sensor Lewat! Ini Dia 5 Film Korea Selatan yang Menyita Perhatian Dunia karena Kontroversi

Yang muncul adalah gambaran memburuknya kawasan yang sudah sangat terdampak, seperti perairan pesisir, serta meluasnya dampak dengan cepat di laut lepas, yang relatif stabil hingga saat ini. Di daerah khatulistiwa, dampak aktivitas manusia bisa meningkat hampir tiga kali lipat antara tahun 2040-an dan 2050-an.

Dampak besar spesifik mencakup naiknya suhu laut, menurunnya sumber daya kelautan akibat perikanan, kenaikan permukaan laut, pengasaman air laut (yang merupakan konsekuensi dari CO2 yang larut di laut), dan mekarnya alga akibat masuknya nutrisi yang mengalir ke samudera, terutama dari pertanian. Meski masing-masing beban ini serius secara terpisah, efek gabungannya bisa melebihi ketahanan ekosistem dan mengakibatkan kerugian yang tidak dapat pulih.

Para peneliti memperingatkan bahwa dampak kumulatif ini kemudian akan menerpa masyarakat—misalnya, dengan menurunkan pasokan pangan, menghilangkan lapangan kerja di pariwisata dan perikanan, membanjiri daratan rendah, dan menghancurkan terumbu karang yang melindungi garis pantai dari badai dan tsunami. Akan ada dampak langsung pada mata pencaharian dan perekonomian manusia, yang mengarah pada ketidakstabilan ekonomi regional, kata Halpern.

Negara berkembang dan negara kepulauan kecil khususnya tidak memiliki kemampuan ekonomi yang memadai untuk mengambil langkah adaptasi, meski seringkali sangat bergantung pada sumber daya laut. Oleh karena itu, efek kumulatif akan tampak tidak merata di berbagai negara. Perubahan lautan bukan hanya masalah lingkungan; ini adalah masalah yang menyangkut stabilitas komunitas internasional secara keseluruhan.

Namun, proyeksi penelitian ini hanyalah kemungkinan; masa depan seperti itu tidak harus terjadi. Mengurangi emisi gas rumah kaca untuk meringankan perubahan iklim dan pengasaman laut, mengelola sumber daya perikanan secara sistematis, menghindari polusi pesisir, serta melestarikan hutan bakau dan rawa asin di pantai dapat membantu mengurangi kemerosotan tersebut. Masih ada ruang untuk meminimalkan dampaknya.

MEMBACA  Perusahaan di seluruh dunia terkena dampak gangguan Microsoft

Artikel ini pertama kali terbit di WIRED Jepang dan telah diterjemahkan dari bahasa Jepang.