Lagu Musim Panas Telah Mati

Versi C1 Bahasa Indonesia dengan Beberapa Kesalahan/Typo:

Devon Powers menyebutkan ada satu poin data penting yang belum dipertimbangkan dalam perdebatan soal Song of the Summer 2025—atau lebih tepatnya, mengapa sepertinya tidak ada lagu yang benar-benar mendominasi tahun ini: Donald Trump.

Seiring media yang semakin terdesentralisasi—platform streaming menggantikan radio, TikTok membunuh video musik, dan sebagainya—cara orang mendengar musik dan siapa yang mereka dengarkan jadi semakin terpecah. Namun kini, Trump muncul sebagai simbol kebersamaan budaya yang bangkit kembali dan mungkin jadi hal terdekat yang kita miliki sebagai monokultur. Di AS, dialah satu-satunya figur yang memicu reaksi besar-besaran dari mayoritas masyarakat, baik mereka mendukung atau menentangnya.

Pengaruhnya jauh melampaui politik yang terkotak-kotak di Washington, DC, kata Powers, bahkan mungkin berdampak pada tangga lagu musik. Salah satu alasan mengapa tidak ada lagu musim panas tahun ini “mungkin terkait Trump secara tak langsung”, sosok yang bayangannya sangat besar dan berhubungan dengan pergeseran dominasi budaya.

“Banyak diskusi di akhir masa pemilu dan setelah Trump terpilih, apakah musik country semacam memprediksi Trump. Aku rasa ada benarnya. Sekarang ada lebih banyak titik konservatif dalam budaya yang tak bisa diabaikan seperti dulu,” ujarnya, merujuk pada serial Yellowstone di Paramount+, kembalinya trad wives dalam wacana pop, dan gerakan MAHA. “Semua ini masuk dalam narasi itu.”

Tapi ada pula faktor lain yang berkontribusi—kombinasi sempurna dari berbagai situasi—yang membuat musim panas ini tak terprediksi untuk musik.

Pertama, kebiasaan mendengar di platform seperti Spotify dan SoundCloud berubah lagi. Selera semakin eklektik, orang menjelajah keluar zona nyaman, dan kesetiaan pada satu genre seakan mulai pudar. Industri juga menghadapi krisis keaslian di tengah banjirnya karya AI, yang kini jadi genre tersendiri. Lalu, ada faktor Trump, yang pengaruh dominannya mungkin mewakili varian baru monokultur—bahkan industri musik pun tak bisa lolos.

MEMBACA  Paraguay vs. Brasil 2024 siaran langsung: Tonton Copa America secara gratis

Powers, profesor studi media di University of Michigan dan penulis On Trend: The Business of Forecasting the Future, menyatakan pengaruh Trump bisa jadi memengaruhi arah industri saat ini. Menurut survei tren musik Luminate, lebih banyak musik didengarkan lewat streaming, tapi pertumbuhan global melambat.

Meski begitu, musik Kristen justru naik daun. Genre ini berkembang cepat, baik dalam definisi maupun cara penemuannya.

“Dulu, ekosistemnya tertutup—distribusi terbatas, saluran promosi khusus, dan audiens yang sangat spesifik, terutama di radio dan ritel,” kata JJ Italiano, kepala kurasi musik global Spotify. “Tapi sekarang, dengan pendengar muda yang tumbuh di era streaming, ada ruang bagi artis Kristen atau berbasis iman untuk bereksperimen dengan suara yang lebih luas.”