Kesejahteraan tampaknya menjadi fondasi pengalaman kabin premium. Brown memprediksi masa depan dengan responsivitas biometrik—kursi yang secara pasif memantau hidrasi dan postur atau menyesuaikan pencahayaan sesuai ritme sirkadian (Collins Aerospace telah memperkenalkan sistem pencahayaan Hypergamut yang mengklaim mampu melakukan hal ini). "Mendesain dengan mempertimbangkan pelancong neurodivergent dan mobilitas terbatas seharusnya standar, bukan bonus," ujar Brown. "Ketika itu terjadi, semua orang diuntungkan."
Goode menyebut Finnair AirLounge—kursi kelas bisnis yang dikembangkan timnya bersama Collins Aerospace—sebagai respons yang lebih berorientasi gaya hidup. "Ini bukan kursi mekanis, lebih seperti sofa. Lebih ringan, fleksibel, dan dirancang untuk bergerak. Ini mencerminkan pola pikir domestik, bukan sekadar penerbangan."
Tentu, tantangan bagi maskapai adalah bahwa inovasi di ruang yang sangat diatur dan enggan mengambil risiko ini tidak mudah. "Maskapai sering harus menawarkan hal yang sama—tapi sedikit lebih baik," kata Goode. Namun, itu tidak menghentikan eksperimen. Konsep terbaru PriestmanGoode, Maya, dikembangkan bersama Collins Aerospace dan Panasonic Avionics Corporation, menampilkan layar melengkung, bahan rajutan 3D, dan kursi dengan peredam suara serta getaran haptik. "Penumpang tidak hanya menonton hiburan," jelas Goode. "Mereka akan berinteraksi dengan mikro-lingkungan mereka sendiri."
Jadi, karena tidak ada lagi ruang kabin yang bisa ditaklukkan, fitur kelas bisnis revolusioner berikutnya bukanlah tempat tidur atau layar lebih besar. Bukan bar di pesawat. Bukan pencahayaan suasana. Industri penerbangan bertaruh pada lompatan teknologi yang menghasilkan kabin yang belajar, beradaptasi, dan merespons. Di mana personalisasi bersifat fungsional, bukan sekadar pertunjukan. Di mana teknologi terbaik tersembunyi, tidak dipamerkan. Dan di mana kemewahan diukur bukan hanya dalam inci, tapi dalam dampak emosional yang bisa diberikan maskapai saat Anda memilih film dan melihat menu anggur.
Tapi sebelum kita mencapai kenyataan di mana pod lie-flat mengenali Anda begitu mendekati kursi nomor satu, berikut ringkasan rencana maskapai besar untuk meningkatkan layanan pesawat mereka di 2025.
United Airlines
Mulai Mei 2025, delapan suite "VIP" Polaris Studio United dengan ruang 25% lebih besar dari kursi Polaris standar akan berada di depan kabin kelas bisnis. Dengan layar OLED 4K 27 inci (naik dari 19 inci), pintu privasi, ottoman untuk pasangan, dan Wi-Fi Starlink berkecepatan tinggi, suite baru ini dirancang untuk bekerja dan bersantai. Ada juga layanan kaviar baru dan gerai es krim retro dengan rasa Tillamook untuk meningkatkan pengalaman di pesawat.
Suite "VIP" United Airlines—layanan kaviar dan gerai es krim retro tidak ditampilkan.
Courtesy of United Airlines
Air France
Mulai Juli tahun ini, Air France akan menghadirkan alas tidur Sofitel MY BED dari merek hotel Prancis itu. Kursi kelas bisnis terbaru mereka dilapisi wol alami dan kulit full-grain Prancis (untuk sensasi lebih organik). Di bidang kuliner, chef bintang tiga Michelin Régis Marcon dan pastry chef Nina Métayer menyusun menu dengan inspirasi dari region Auvergne-Rhône-Alpes (seperti Royale salmon dan udang dalam saus asam dengan kacang salju dan wortel kuning).
Air France bekerja sama dengan Sofitel untuk alas tidur yang layak untuk penerbangan pulang.
Courtesy of Virginie Valdois/Air France
Qatar Airways
Diluncurkan di pesawat Boeing 777-9 tahun ini, Qsuite Next Gen menawarkan dinding suite setinggi 1,45 meter dan pintu geser—tertinggi di langit. Penumpang bisa memilih duduk dalam konfigurasi empat orang dengan meja bersama atau mengubah dua kursi tengah menjadi tempat tidur ganda. Penumpang Qsuite juga mendapat layar 4K OLED HDR 10+ Panasonic Astrova yang bisa digerakkan (pertama di dunia) dan penyimpanan ber-PIN untuk barang berharga.
Pod Qsuite Next Gen Qatar menampilkan layar Astrova 4K OLED HDR 10+ Panasonic pertama di dunia.
Courtesy of AMER SWEIDAN/Qatar Airways
Riyadh Air
Akan beroperasi akhir 2025, maskapai baru Arab Saudi ini didanai besar-besaran oleh dana kekayaan negara. Kabinnya dirancang oleh firma Inggris PriestmanGoode, dengan kursi kelas bisnis model Unity dari Safran yang dilengkapi speaker Devialet di sandaran kepala sehingga penumpang tidak perlu headphone. Di depan kabin, empat suite Business Elite memiliki layar OLED 4K 32 inci (10 inci lebih besar dari kelas bisnis biasa) dan bisa diatur sebagai tempat tidur ganda untuk pasangan.
Kursi kelas bisnis Riyadh Air memiliki speaker Devialet terintegrasi di sandaran kepala.
Courtesy of Riyadh Air
(Typos: "kesjahteraan" -> "kesejahteraan", "pertunjukan" -> "pertunjukan")