Sejak seniman James Sanborn memamerkan Kryptos, sebuah patung outdoor yang terletak di markas CIA, para kriptanalis amatir dan profesional berusaha keras memecahkan kode tersembunyi dalam pesan hampir 1.800 karakter itu. Meski tiga dari empat panel ciphertext pada karya tembaga berbentuk S itu berhasil dipecahkan, panel terakhir, K4, masih menjadi misteri. Hanya satu orang di dunia yang tahu isi K4: Sanborn. Tapi sebentar lagi, seseorang akan bergabung dengannnya. Sanborn menjual jawabannya.
“Saya melelang plaintext 97 karakter dari K4, yang merupakan rahasia Kryptos,” kata Sanborn. Dia bahkan menyertakan plat logam lengkung yang dulu dipakainya sebagai sampel potongan untuk panel yang kini ada di agensi itu.
Sanborn pernah memberi isyarat soal kemungkinan melelang rahasia ini, terakhir dalam wawancara Maret denganku. Saat itu, dia kesal dengan orang-orang yang salah mengklaim telah memecahkan kode itu pakai kecerdasan buatan.
Tapi kenapa sekarang? “Saya ingin masih waras dan sehat saat ini terjadi, supaya bisa mengendalikannya,” ujar Sanborn, yang akan berusia 80 tahun saat lelang dimulai November nanti. Dia juga butuh uang. Sebagai seniman, dia tidak punya tabungan pensiun besar, dan khawatir jika dia atau istrinya mengalami disabilitas serius, mereka akan menghadapi tantangan keuangan. Sebagian hasil lelang akan disumbangkan untuk program disabilitas. Lelang ditangani RR Auction dengan harga cadangan sekitar $300.000.
Sanborn berharap pemenang lelang, setelah merasakan sensasi melihat solusinya, akan mengambil alih tanggung jawab menanggapi jawaban-jawaban dari komunitas yang masih berusaha memecahkan kode. Meski menangani pertanyaan itu melelahkan (Sanborn menerima 30-40 surat per minggu), dia yakin AI bisa membantu—ironisnya. Setelah artikel WIRED Maret lalu, seorang tokoh AI terkenal (dia enggan menyebut nama) menawarkan cara menggunakan AI untuk merespons penggemar Kryptos. Padahal, gangguan terbesar justru berasal dari jawaban salah orang-orang yg pakai AI. “Ironinya tidak hilang dariku,” katanya.
Sanborn sendiri tak ingin kerja sama dengan pemenang lelang untuk menanggapi calon pemecah kode. “Lebih baik selesai saja,” ujarnya. “Saya sudah lelah.”
Tapi apapun bisa terjadi. Jika seorang miliarder Bitcoin iseng membeli kode itu, semuanya bisa kacau. Ingat ketika Martin Shkreli, yang mungkin mengeruk untung dengan menaikkan harga obat, memenangkan lelang satu-satunya rekaman Wu-Tang Clan? Itu jadi fiasko! Setelah Shkreli dihukum karena penipuan, rekaman itu disita pemerintah AS dan akhirnya dijual ke pihak yang merilisnya sebagai NFT. Tapi Shkreli sempat menyimpan salinannya dan mulai membagikannya. Pengalaman ini menunjukkan bagaimana pemilik beritikad buruk bisa mengkhianati visi seniman. Namun, Sanborn mengatakan penjualannya tak ada syarat.