Saat baterai drone hampir habis, umumnya mereka akan kembali ke pangkalan atau bahkan terjatuh dari udara. Namun, suatu teknologi terbaru berpotensi memungkinkan drone untuk mengisi ulang daya selagi masih terbang.
Dalam siaran pers tertanggal 16 Desember, startup asal Washington, PowerLight Technologies, mengumumkan telah menyelesaikan uji pendahuluan untuk sistem penyaluran daya laser end-to-end bagi Sistem Udara Nirawak (UAS). Proyek yang didanai Departemen Pertahanan AS ini menggabungkan pemancar berdaya tinggi dengan penerima ringan untuk mengisi daya drone dari jarak jauh.
“Ini lebih dari sekadar transfer daya titik-ke-titik menggunakan laser; kami membangun kemampuan jaringan energi mesh yang cerdas,” ujar CTO PowerLight, Tom Nugent, dalam rilis tersebut.
Skema Penerbangan Nirkabel
Terpasang di pesawat adalah sebuah penerima dengan berat sekitar 6 pon (2,7 kilogram) yang menggunakan konverter daya laser untuk mendeteksi sinar laser dan mengubahnya menjadi listrik. Sebuah modul kontrol tambahan membantu membangun komunikasi dengan stasiun darat.
Konsep gambar penyaluran daya dari pemancar berbasis darat ke penerima terintegrasi UAS © PowerLight
Dalam uji terbaru, sistem ini berhasil mentransmisikan laser ke pesawat yang terbang hingga ketinggian 5.000 kaki (1.524 meter), menurut perusahaan. Komponen-komponen itu membentuk “jalur daya nirkabel” yang melacak pesawat secara optik dan mengirimkan energi dalam kilowatt ke baterai di pesawat, sebagaimana dijelaskan PowerLight.
“Pemancar kami berkomunikasi dengan UAS, melacak kecepatan dan vektornya, serta mengantarkan energi tepat ke tempat yang dibutuhkan,” kata Nugent. “Kami kini telah berhasil menguji transmisi daya dan algoritma pelacakan, memvalidasi arsitektur inti yang diperlukan untuk demonstrasi penerbangan kami mendatang.”
Teknologi Penyaluran Daya
Teknologi baru ini merupakan bagian dari program Power TRansmitted Over Laser to UAS (PTROL-UAS), sebuah inisiatif Departemen Pertahanan AS untuk membentuk teknik “penyaluran daya” semacam ini guna menyalurkan daya ke sistem otonom.
Pemancar PowerLight selama pengujian jarak pada Desember 2025. © PowerLight
“Platform yang tidak perlu mendarat untuk mengisi bahan bakar atau daya adalah platform yang tak pernah berkedip,” ujar Fatema Hamdani, CEO Kraus Hamdani Aerospace, mitra PowerLight untuk proyek ini, dalam pernyataan tersebut.
Ini bukan pertama kalinya PowerLight berkolaborasi dengan pemerintah. Tahun lalu, startup tersebut bergabung dengan Blue Origin milik Jeff Bezos dalam merancang sistem penyaluran daya untuk mengisi ulang kendaraan penjelajah bulan.
Adapun PTROL-UAS, seiring dengan uji terbaru ini, Powerlight akan memulai putaran pertama pengujian penerbangan terintegrasi penuh pada awal 2026. Uji coba ini akan mendemonstrasikan kemampuan “penerbangan tak terbatas”, menurut perusahaan.