Secara keseluruhan, pengalaman menggunakan kaca mata ini—mulai dari kualitas tampilannya, kontrol gerakan, hingga fitur-fitur yang tertanam—terasa sangat halus dan intuitif, terutama mengingat ini adalah produk komersial pertama Meta dalam kategori ini.
Namun, masalahnya begini: Sehebat apapun, saya tetap tidak akan membelinya. Di luar kalangan penggemar teknologi dan early adopters, saya rasa tidak banyak orang yang akan membelinya. Setidaknya, untuk model iterasi yang satu ini. Dan itu bukan semata-mata karena harganya yang terbilang cuan, yaitu $800.
Hal yang benar-benar mengecewakan adalah estetikanya, dan ini di luar dugaan saya dari perusahaan yang sukses besar dengan Ray-Ban Metas original berkat desainnya. Jika model original (dan penerusnya yang baru diumumkan) terlihat seperti kaca mata Ray-Ban pada umumnya, model ini—dalam sebuah kekeliruan yang mencolok—jauh dari kesan fashion-forward. Bentuknya terlalu jelas terlihat sebagai kacamata pintar, tapi model lama yang tidak ingin Anda kenakan di public.
Faktor kekekaran nya tidak bisa diabaikan.
Courtesy of Verity Burns
Memang, ada nuansa Wayfarer pada Meta Ray-Ban Display; intensinya jelas untuk meniru kesuksesan style Ray-Ban yang paling populer. Tapi entah mengapa, ada tanda bahaya. Meskipun “kacamata statement” sedang trendi, model ini agak terlalu kekar untuk bisa menyatu.
Sekilas saja, Anda langsung tahu ada yang berbeda dengan kacamata ini. Kita telah memasuki ‘uncanny valley’ untuk kacamata pintar, di mana tonjolan halus dan rangka yang tambah besar justru menarik perhatian, tapi bukan dalam cara yang baik.
Menariknya, pergeseran estetika ini juga tercermin dari struktur penamaannya. Jika model original menggunakan branding ‘Ray-Ban Meta’, model ini memakai ‘Meta Ray-Ban Display’. Belum jelas brand mana yang mengambil keputusan ini, namun yang pasti, ini adalah kacamata tech-first dengan branding Meta sendiri, dan itu terasa seperti sebuah kesalahan, apalagi mengingat pengalaman yang sudah Meta miliki di pasar.