Tahun lalu, dalam upaya memanfaatkan sentimen anti-“woke”, Dr. Phil (nama asli Phil McGraw) meluncurkan saluran TV-nya sendiri. Ia mengklaim saluran ini akan menjadi garda depan dalam memperjuangkan nilai-nilai Amerika melawan “kegilaan radikal” sayap kiri. Merit Street Media, menurut McGraw, akan menjadi sumber informasi dan strategi untuk mempertahankan keluarga Amerika dari serangan budaya “woke” yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Saya mencintai negara ini dan percaya keluarga adalah tulang punggung masyarakat. Bersama, kita akan berjuang untuk jiwa dan kewarasan Amerika,” ujar McGraw saat itu. Merit Street bekerja sama dengan Trinity Broadcasting Network (TBN), yang menyebut diri sebagai jaringan siaran berbasis iman dan keluarga terbesar di dunia.
Sayangnya, usaha tersebut tidak berjalan mulus. Musim panas lalu, hanya beberapa bulan setelah peluncuran, perusahaan mem-PHK 28 karyawan—sekitar sepertiga dari total staf. Bulan lalu, Merit Street kembali memangkas 40 pekerja.
Minggu ini, Merit Street mengajukan kebangkrutan Chapter 11 sambil menggugat TBN karena diduga sengaja menggagalkan bisnis mereka. Merit Street menuduh TBN menyalahgunakan posisinya sebagai pemegang saham mayoritas, sehingga mereka terpaksa menanggung utang lebih dari $100 juta.
Gugatan juga menyebut TBN gagal memenuhi kewajiban distribusi dan menyediakan layanan produksi yang “kacau secara menyedihkan”. Contohnya, layar dan teleprompter yang mati saat siaran langsung, ruang kontrol tidak lengkap, aplikasi seluler yang tidak bisa dipakai, serta software editing amatir.
Berdasarkan dokumen pengadilan, aset dan utang Merit Street berkisar $100–500 juta. “Kesalahan TBN bukan kelalaian, tapi pola sengaja untuk menghancurkan jaringan yang sudah diakui nasional,” tuntut Merit Street.
Gizmodo menghubungi Merit Street untuk konfirmasi, sementara perwakilan TBN menolak berkomentar.