Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengakhiri tahun selain dengan pertunjukan bola api yang mengagumkan melintas di langit. Hujan meteor Geminid diprediksi mencapai puncaknya pada akhir pekan ini dalam kondisi ideal, memberi kesempatan bagi para pengamat langit untuk menyaksikan hingga 100 meteor per jam.
Hujan meteor tahunan Geminid ini diperkirakan memuncak pada Sabtu malam dan berlanjut hingga dini hari Minggu, dengan visibilitas tersisa hingga 20 Desember. Tahun ini, peluang menyaksikan jalur cahaya terang sangat besar karena bulan berada dalam fase sabit akhir. Artinya, satelit alami Bumi tidak akan mengganggu kesempatan Anda menikmati hujan meteor ini.
Cara Menyaksikan Geminid
Geminid dianggap sebagai salah satu hujan meteor terbaik dan paling andal, sangat layak dihadapi dengan berani di malam Desember yang dingin. Hujan meteor mencapai puncak ketika titik radiannya—area di langit tempat meteor tampak berasal—berada di posisi tertinggi di langit malam.
Tahun ini, puncak hujan meteor Geminid diperkirakan sekitar pukul 03.00 ET pada Minggu, menurut Sky & Telescope. Namun, tetap layak dinantikan penampakannya pada Sabtu dan Minggu malam. Pada periode itu, bulan akan berada dalam fase sabit dengan pencahayaan 26%. “Cahayanya yang redup hampir tak berdampak pada peristiwa meteor terkaya tahun ini,” ujar Bob King, kontributor editor Sky & Telescope, dalam sebuah pernyataan.
Titik radian Geminid terletak dekat bintang Castor di rasi Gemini. Bagi pengamat di Amerika Utara, titik radian akan berada di atas horison timur pada pukul 21.00 ET hari Sabtu dan mencapai titik tertinggi sekitar pukul 02.00 ET. Semakin lama Anda bertahan menyaksikan langit, semakin besar peluang melihat lebih banyak meteor.
Disarankan untuk mengamati hujan meteor ini jauh dari polusi cahaya dengan latar belakang langit gelap yang cerah. Geminid dapat muncul di mana saja di langit; yang perlu Anda lakukan hanyalah mendongak.
Asal-usul Geminid
Hujan meteor berasal dari sisa-sisa pecahan komet dan asteroid. Saat benda-benda ini melintas dekat Matahari, mereka meninggalkan jejak debu dan puing. Ketika Bumi melewati jejak berdebu itu, puing tersebut berinteraksi dengan atmosfer planet dan menciptakan jalur bercahaya.
Meski sebagian besar hujan meteor bersumber dari komet, Geminid justru berasal dari pecahan asteroid bernama 3200 Phaethon. Asteroid kecil ini memiliki orbit elips yang sangat lonjong mengelilingi Matahari, menyelesaikan satu putaran penuh dalam 1,4 tahun.
Para ilmuwan belum sepenuhnya yakin bagaimana Phaethon menghasilkan hujan meteor Geminid tahunan, dengan material yang jauh lebih padat dibandingkan pecahan komet. Sebagian penelitian mengindikasikan bahwa saat asteroid mendekati Matahari, radiasi dari bintang tersebut menguapkan sodium dari permukaannya sehingga menghasilkan ekor gas.