Honda Meninggalkan Impian Kendaraan Listrik Penuh

Honda Beri Pukulan Besar untuk Mimpi Mobil Listrik Penuh

Honda baru saja memberikan pukulan telak bagi impian kendaraan listrik penuh. Dalam perubahan drastis, raksasa otomotif Jepang ini mengumumkan bahwa mereka sedang mempertimbangkan ulang strategi elektrifikasi mereka, menandakan bahwa kendaraan listrik berbaterai (BEV) bukan lagi tujuan utama masa depan mereka.

Langkah ini menjadi kemunduran besar bagi industri EV, yang sudah terpukul dengan berakhirnya kredit pajak federal pada 30 September—insentif yang membuat mobil listrik bersaing dengan mobil berbahan bakar fosil. Selama bertahun-tahun, industri otomotif, terpesona oleh kesuksesan Tesla, berlomba untuk beralih sepenuhnya ke listrik. Kini, salah satu pemain terbesarnya justru menginjak rem. Secara keras.

“BEV bukanlah tujuan, kendaraan listrik yang lebih baik adalah salah satu jalan untuk mencapai netral karbon, bukan satu-satunya jalan,” kata Jay Joseph, Presiden dan CEO Honda Australia, kepada publikasi Drive. “BEV akan terus berkembang, kami sedang mengerjakan baterai solid-state, tapi tujuan kami adalah netral karbon, bukan sekadar kendaraan listrik.”

Pernyataan ini mengkonfirmasi pergeseran strategi dramatis yang diungkapkan eksekutif Honda dalam konferensi pers 6 Agustus. Mereka tak lagi mempertaruhkan segalanya pada masa depan serba listrik.

Realitas yang Mengerikan

Alasan perubahan ini sederhana: strategi EV Honda ternyata jadi mimpi buruk finansial. Dalam konferensi pers, Managing Executive Officer Honda, Eiji Fujimura, mengakui bahwa mereka “tidak terlalu optimis” dengan pasar EV, menunjuk dampak berakhirnya kredit pajak Inflation Reduction Act (IRA) serta “pendinginan pasar”. Perusahaan “kesulitan dalam penjualan seri EV tahun ini”, kata Fujimura, dan perlu “mempercepat tindakan” untuk memenuhi harapan konsumen.

Hasil finansial bercerita lebih nyata. Kuartal terakhir Honda terkena dampak biaya satu kali sebesar 113,4 miliar yen (780 juta dolar) terkait langsung bisnis EV mereka. Ini termasuk kerugian dari EV yang dijual di AS serta penghapusan besar-besaran aset untuk model EV yang kini dibatalkan dari lineup masa depan. Perusahaan kini memperkirakan biaya terkait EV mereka bisa mencapai 650 miliar yen (4,47 miliar dolar) dalam setahun.

MEMBACA  Mantan CEO Ford: Perusahaan rintisan mobil listrik menghadapi "masalah keuangan yang nyata"

Saat ini, Honda menjual dua model EV di AS: Honda Prologue dan Acura ZDX. Untuk memasarkannya, Honda terpaksa memberi insentif besar. Menurut data industri dari Motor Intelligence yang dikutip Automotive News, Honda menghabiskan rata-rata lebih dari $12.000 untuk promosi tiap Prologue dan $21.000 untuk tiap ZDX yang terjual kuartal lalu.

Beralih ke Hybrid dan Hidrogen

Masalah ini makin parah dengan berakhirnya kredit pajak federal $7.500 untuk EV baru—subsidi yang membantu meyakinkan konsumen untuk beralih. Tanpa itu, harga tinggi EV dan minimnya infrastruktur pengisian daya di banyak daerah jadi penghalang lebih besar.

Menghadapi realitas keras ini, Honda beralih ke strategi yang dulu diejek para pendukung EV murni. Untuk mencapai netral karbon, mereka kini akan lebih mengandalkan kendaraan hybrid, bergabung dengan Toyota—yang pendekatan hybrid-first-nya dulu dianggap ketinggalan zaman. Kini, langkah itu terlihat visioner. Laporan GlobalData baru-baru ini menyebutkan bahwa antara 2025-2035, hampir semua model populer Honda di Amerika akan tersedia dalam versi hybrid.

“Saya rasa pada titik tertentu kami akan sepenuhnya hybrid dan ter-elektrifikasi, tapi ini hanyalah langkah lain dalam transisi tersebut,” jelas Joseph kepada Drive.

Honda juga mengeksplorasi Fuel Cell Electric Vehicles (FCEV) berbahan bakar hidrogen, yang mengubah hidrogen menjadi listrik di dalam kendaraan. Meski FCEV memiliki tantangan infrastruktur dan biaya sendiri, emisinya hanya uap air.

Pandangan Kami

Beberapa tahun lalu, BEV adalah obsesi industri dan simbol perlombaan dekarbonisasi. Kini, langkah mundur Honda menandakan realita baru: jalan menuju netral karbon ternyata lebih rumit, dan strategi BEV-only tak lagi sakral.

Langkah Honda tak hanya mempengaruhi lineup mereka sendiri. Ini jadi sinyal peringatan bagi industri otomotif bahwa pertumbuhan EV mulai mentok. Jika salah satu produsen otomotif terbesar dunia mulai ragu-ragu, perusahaan lain mungkin akan mengikuti—memperlambat transisi dari bahan bakar fosil di momen kritis bagi tujuan iklim.

MEMBACA  Perangkat Rp 1,5 Jutaan Ini Cegah Kebakaran Listrik di Rumah, Begini Cara Kerjanya