Harga makan malam kalkun Thanksgiving tahun ini akan jauh lebih mahal, karena epidemi flu burung yang semakin parah mengancam kawanan unggas dan persediaan kalkun di AS.
CNET menerima data dari kelompok pemantau industri Farm Forward yang mengungkap skala krisis ini. Sekitar 3 juta kalkun telah mati akibat Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) sejauh tahun ini. Angka itu sudah lebih dari dua kali lipat total kematian akibat flu burung pada 2024 (1,25 juta), namun masih jauh lebih rendah dibandingkan epidemi ganas tahun 2022 yang menewaskan lebih dari 9 juta ekor.
Menurut data pemerintah, kerugian ini — yang mewakili sekitar 1,45% dari total populasi kalkun AS — mendorong harga grosir kalkun naik lebih dari 26% dari tahun lalu. Proyeksi lain, termasuk dari Bernt Nelson, seorang ekonom di American Farm Bureau Federation yang berbicara kepada The New York Times, memperkirakan kenaikan harga kalkun mendekati 40%.
Seperti dilaporkan oleh Axios, populasi kalkun AS berada pada titik terendah dalam 40 tahun. Menurut USDA, produksi yang diharapkan hanya 4,8 miliar pon, turun 5% dari tahun 2024.
Wabah yang Semakin Meluas
Penyebaran HPAI meningkat secara drastis dalam beberapa bulan terakhir, tepat sebelum musim liburan yang kritis:
- 110 wabah individual telah terjadi di peternakan kalkun komersial pada tahun 2025.
- Wabah semakin intensif: 34 kawanan kalkun komersial telah terdampak sejak Agustus 2025, dengan 21 kawanan terdampak pada bulan September saja dan 15 kawanan lainnya sudah terdampak pada bulan Oktober.
- Minnesota memimpin tingkat kerugian nasional, dengan 962.300 kalkun dimusnahkan.
- Ohio mengalami jumlah wabah tertinggi, dengan 41 peternakan individual terdampak (mengakibatkan 511.400 kematian kalkun).
Kebijakan Federal Diperiksa Ulang
Sementara krisis langsung ini mempengaruhi isi dompet konsumen, Farm Forward berpendapat bahwa kebijakan federal yang telah berlangsung lama, dipertahankan di berbagai pemerintahan, telah menciptakan kondisi yang kondusif bagi penyebaran HPAI yang masif dan persisten.
Organisasi tersebut menyatakan bahwa pemerintah federal dan industri unggas telah memprioritaskan keuntungan di atas kesehatan masyarakat dengan mengizinkan operasional fasilitas pemberian pakan ternak terkonsentrasi yang padat, menolak protokol tes HPAI yang wajib, dan menolak untuk menerapkan program vaksinasi untuk unggas, meskipun efektivitasnya telah terbukti di negara lain.