Emas Bodoh Mungkin Justru Menjadi Berharga

Pyrit, logam kuning yang dikenal sebagai emas palsu, memiliki trik lain yang bisa digunakan: ia dapat mengandung lithium, sebuah elemen penting dalam pencarian energi hijau dunia, menurut tim peneliti yang mempelajari endapan batuan di bagian timur Amerika Serikat.

Tim peneliti memeriksa 15 sampel batuan yang terbentuk selama pertengahan-Devon, sekitar 390 juta tahun yang lalu, di Cekungan Appalachian AS. Mereka menemukan lithium (Li dalam Tabel Periodik) dalam mineral pirit di batu serpih, menunjukkan bahwa emas palsu bisa mengandung sebuah elemen yang dipuji untuk memulai ‘demam emas’ baru. Penelitian tim ini diumumkan di European Geosciences Union General Assembly 2024, dan makalah mereka saat ini dihosting di situs web pertemuan tersebut.

“Beberapa Li mungkin disimpan di dalam pirit di batuan serpih yang kaya organik,” tulis para penulis studi itu. “Karena pirit adalah mineral umum di Cekungan Appalachian, ini memiliki implikasi untuk mengeksploitasi pirit serpih dalam urutan Devonian jika Li terbukti dapat diekstrak secara ekonomis.”

Lithium adalah logam yang diminati karena penggunaannya dalam teknologi baterai, dan semakin dicari karena produksi kendaraan listrik meningkat di seluruh dunia. Baterai lithium menggerakkan segalanya mulai dari mobil hingga komputer, dan, seperti halnya unsur kobalt, semakin dicari untuk teknologi baterai ‘hijau’ secara umum.

Namun, baterai lithium memiliki kelemahan, seperti proses ekstraksi dengan dampak lingkungan, sosial, dan hak asasi manusia, serta reaktivitas yang membuatnya rentan terbakar.

Pirit telah memperdaya kita sebelumnya; pada tahun 2021, tim peneliti menemukan bahwa emas palsu sebenarnya dapat mengandung emas asli. Namun, mineral-mineral itu memiliki perbedaan yang jelas: pirit bersifat magnetik, sedangkan emas tidak. Pirit sering memiliki geometri yang luar biasa, sementara emas terlihat lebih seperti potongan halus yang berkilauan. Namun, penelitian tim terbaru menunjukkan bahwa pirit juga bisa menandai jenis logam berharga yang berbeda. Shailee Bhattacharya, seorang geochemist sedimen di Universitas Virginia Barat dan penulis bersama studi baru ini, mengatakan dalam rilis EGU bahwa menemukan lithium di pirit adalah “tidak terdengar,” meskipun tetap menjadi pertanyaan terbuka “bagaimana lithium dan pirit bisa berhubungan satu sama lain.”

MEMBACA  Masa Depan mRNA Bisa Menjadi Penyembuhan Organ yang Rusak

Bhattacharya memperingatkan bahwa penelitian ini “sangat spesifik,” yang berarti membuat kesimpulan umum tentang hubungan antara kelimpahan lithium bersama pirit akan menjadi kesalahan. Namun, temuan ini setidaknya memberi petunjuk bahwa lithium yang dicari-cari mungkin tersembunyi di depan mata, memungkinkan sumber daya itu diekstrak tanpa perlu tambang baru atau lokasi pengeboran.

Mengingat betapa kotor proses ekstraksi untuk unsur-unsur seperti lithium dan kobalt, kemampuan untuk menemukan elemen tersebut di bagian-bagian planet yang sudah tercemar akan membuat proses tersebut lebih bersih. Namun, menemukan lithium di batuan serpih lain di seluruh dunia akan menjadi indikator bahwa sampel-sampel Appalachian bukan hanya berlian—atau berani saya katakan pirit—yang kasar.