Reputasi Elon Musk yang semakin kontroversial di kalangan liberal AS telah menjadi sangat memecah belah sehingga membuat sebagian orang tidak hanya menjauhi Tesla, tapi juga kendaraan listrik secara keseluruhan.
Sebuah studi baru yang diterbitkan pekan ini dalam jurnal Nature meneliti apakah persepsi terhadap Musk membuat Tesla lebih polarisasi dibandingkan EV lainnya. Para peneliti melakukan serangkaian survei mulai November 2023 hingga Maret 2025. Dalam setiap survei, peserta ditanya apakah mereka akan mempertimbangkan membeli Tesla atau EV merek lain yang tidak ditentukan.
"Kaum liberal menunjukkan penurunan minat membeli Tesla dibandingkan EV lain, dan, dalam tingkat lebih rendah, penurunan minat membeli EV secara umum," tulis para peneliti.
Mereka menambahkan bahwa efek ini terkait dengan persepsi negatif terhadap Musk, terutama setelah dia mengadopsi citra publik yang lebih konservatif.
Studi ini mencakup periode sebelum dan setelah Elon Musk terjun sepenuhnya ke politik AS, dimulai sebelum dia mendukung Donald Trump secara terbuka dan berlanjut hingga peran singkatnya di pemerintahan Trump.
Musk pertama kali mendukung Trump pada 13 Juli, hari yang sama dengan upaya pembunuhan terhadap Trump.
"Saya sepenuhnya mendukung Presiden Trump dan berharap dia cepat pulih," tulis Musk di X.
Dia akhirnya menghabiskan $277 juta untuk mendukung Trump dan kandidat Republikan lainnya. PAC miliknya, America PAC, juga mengoperasikan canvassing operation yang kontroversial, dengan laporan kondisi kerja yang buruk dan kuota yang sulit dipenuhi.
Setelah kemenangan Trump pada November 2024, Musk ditunjuk untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) yang baru dibentuk. Di bawah kepemimpinan Musk, DOGE memotong anggaran dan menghilangkan pekerjaan di berbagai lembaga federal, termasuk USAID. Beberapa ahli kesehatan global memperkirakan bahwa pemotongan program anti-HIV/AIDS USAID telah mengakibatkan lebih dari 90.000 kematian di seluruh dunia.
Musk akhirnya berseteru dengan Trump dan mengundurkan diri dari DOGE, tapi kerusakan pada reputasinya, terutama di kalangan liberal, sudah terjadi. Upayanya saat ini untuk meluncurkan partai politik baru belum mendapatkan daya tarik nyata.
Dan yang mungkin paling mengkhawatirkan bagi Musk, penjualan Tesla terus menurun. Studi menyoroti bahwa kaum konservatif tetap tidak terlalu tertarik pada EV, artinya tidak ada cukup pembeli baru untuk menggantikan kaum liberal yang menjauhi Tesla.
Awal bulan ini, Tesla melaporkan penjualan mobilnya turun 13% secara tahunan di kuartal kedua. Di Eropa, Tesla bahkan berhenti menerima pesanan baru untuk Model S dan Model X, menurut Electrek.
Tesla tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Gizmodo.
Para peneliti mencatat bahwa dalam survei terakhir, peserta liberal jauh lebih tidak mendukung EV dibandingkan sebelumnya, terutama jika mereka memiliki pandangan negatif terhadap Musk. Efek "backlash Tesla" ini, ditambah dengan ketidaksukaan konsisten kaum konservatif terhadap EV, menunjukkan bahwa CEO yang memecah belah bisa merugikan tidak hanya mereknya sendiri, tapi juga seluruh industri.