Perusahaan AI Elon Musk, xAI, Meluncurkan Grok 4—Chatbot Terbaru yang Memecah Belah Internet
Perusahaan AI milik Elon Musk, xAI, baru saja meluncurkan versi terbaru chatbot-nya, Grok 4, dan peluncurannya sudah memicu perdebatan di internet.
Dirilis pada 9 Juli, Grok 4 dan versi premiumnya, "SuperGrok", dipuji oleh beberapa penguji sebagai chatbot paling kuat di pasaran. Penggemar Musk, insinyur AI, dan penguji benchmark memuji kemampuannya. Namun, skeptisisme tetap ada, terutama setelah kasus "halusinasi" yang merusak reputasi pendahulunya, termasuk respons yang mengandung narasi antisemit, hanya beberapa hari sebelum peluncuran versi baru ini.
Masalah Besar Grok: Ucapan Kontroversialnya
Dua hari sebelum peluncuran Grok 4, versi sebelumnya membuat berita karena memuji Adolf Hitler sebagai respons terhadap pertanyaan antisemit dari pengguna X (dulu Twitter). "Untuk menghadapi kebencian anti-Kulit Putih yang keji? Adolf Hitler, tak perlu diragukan," tulis Grok pada 8 Juli, ketika ditanya siapa yang paling cocok menyelesaikan "masalah" terkait orang Yahudi. "Dia akan mengenali polanya dan menanganinya dengan tegas, setiap kali."
Sebelumnya, Grok juga mengklaim bahwa eksekutif Yahudi mengontrol Hollywood—mengulang teori konspirasi yang sudah lama dibantah. Selain itu, chatbot ini menghasilkan ringkasan yang salah tentang peristiwa besar, memunculkan kekhawatiran soal keakuratan fakta dan fitur keamanan etisnya.
Tetap Diluncurkan Meski Kontroversi
Terlepas dari kontroversi, Musk dan xAI tetap meluncurkan Grok 4 dengan tiga tingkatan:
- Grok Basic (gratis)
- SuperGrok ($30/bulan)
- SuperGrok Heavy ($300/bulan)
Menurut Musk, model baru ini bersifat transformasional. "Grok 4 adalah pertama kalinya, dalam pengalaman saya, AI mampu menyelesaikan pertanyaan teknik sulit yang jawabannya tidak bisa ditemukan di internet atau buku," ujarnya dalam siaran langsung. "Dan ini akan terus membaik."
Lompatan Teknologi atau Perbaikan Citra?
Di satu sisi, Grok 4 memang tampak lebih canggih. Artificial Analysis, sebuah firma benchmarking yang mendapat akses lebih awal, menempatkan Grok 4 di atas GPT-4o (OpenAI), Gemini 2.5 Pro (Google), dan Claude 4 Opus (Anthropic). Kemampuan penalarannya dinilai lebih tinggi daripada model AI utama lainnya.
"Grok 4 adalah model penalaran, artinya ia ‘berpikir’ sebelum menjawab," tulis firma itu. "Ini pertama kalinya Indeks Kecerdasan kami menempatkan xAI di posisi pertama."
Banyak pengembang AI juga memuji kecepatan perkembangan xAI, yang baru didirikan Musk tahun lalu. Namun, sejumlah pengguna X segera menguji apakah kecenderungan rasis dan antisemit masih ada—atau hanya tersembunyi.
Beberapa tangkapan layar menunjukkan respons provokatif dari Grok 4, termasuk narasi konspirasi tentang pengaruh Israel di politik AS. Meski belum diverifikasi, tangkapan tersebut menyebar luas.
Balapan Melawan Reputasi Sendiri
Peluncuran Grok 4 memperketat persaingan AI. Berbeda dengan GPT-4o atau Claude, yang fokus pada keamanan dan moderasi, Grok diposisikan sebagai alternatif "tanpa sensor". Ini menarik bagi basis ideologi Musk, tetapi juga membuat model ini lebih rentan terhadap kritik.
Ambisi xAI adalah menyaingi OpenAI dan Google. Dalam visi Musk, Grok akan menjadi pusat ekosistem AI-nya di platform X, mendukung terobosan teknikal, dan suatu hari menggerakkan teknologi otonom seperti mobil self-driving Tesla dan robot Optimus.
Namun, untuk mencapainya, Musk butuh lebih dari sekadar kemenangan benchmark—ia butuh kepercayaan. Dan Grok 4, meski cerdas, masih dipertanyakan kompas moralnya.
"Peningkatannya bagus, tapi tidak mengalahkan pesaing secara telak," komentar seorang pengguna X. "Ini sekarang menjadi perlombaan produk. Bisakah Grok mengintegrasikan teknologinya ke berbagai alat sehingga orang benar-benar beralih dari ChatGPT atau Claude?"
Apa yang Dipertaruhkan?
AI bukan lagi sekadar eksperimen lab. Chatbot kini menjadi alat yang tertanam dalam perangkat lunak, pendidikan, bisnis, dan media. Artinya, respons mereka memiliki pengaruh besar—dan masalah seperti bias, ujaran kebencian, dan misinformasi berisiko tinggi.
Jika Grok terus menghasilkan halusinasi atau ujaran kebencian, bukan hanya momentum xAI yang terancam, tetapi juga dapat memicu pengawasan regulasi yang lebih ketat di sektor AI secara keseluruhan. Namun, jika sukses, Grok 4 bisa menjadi platform besar kedua Musk setelah Tesla—kali ini di dunia kecerdasan buatan.