“Death Stranding 2”: Visi Terbaik dan Tak Kenal Lelah Hideo Kojima

Ketika Hideo Kojima—sosok yang dianggap sebagai auteur dunia game berkat karya besarnya Metal Gear Solid—meluncurkan judul perdananya di bawah bendera Kojima Productions yang baru dibentuk pada 2019, Death Stranding hadir dibalut misteri dan ekspektasi tinggi. Setiap trailernya dipenuhi simbol-simbol kriptik dan penampakan gaib, dengan deretan bintang seperti Norman Reedus, Léa Seydoux, dan Mads Mikkelsen yang semakin memicu antisipasi. Game ini juga menjadi proyek pertama Kojima usai hengkang secara kontroversial dari Konami. Akankah ia kembali menulis ulang aturan desain game? Saat rilis, Death Stranding tak mengecewakan, melainkan mengguncang prediksi. Intinya, game ini adalah simulasi kurir pasca-apokalips yang imersif dan lambat. Pemain mengendalikan Sam Porter Bridges—protagonis dengan nama ala komik pulp yang mengidap aphenphosmphobia, fobia ekstrem terhadap sentuhan—dalam perjalanan epik melintasi lanskap penuh horor supernatural, sambil memikul beban dan menyeimbangkan paket di sekujur tubuhnya untuk "menyambung kembali Amerika."

Secara reduktif, Death Stranding dianggap sebagai game indie "triple-A" dengan world-building aneh (tapi tidak terlalu membingungkan) yang menjadi tulang punggung setiap langkah hati-hati Sam. Kurangnya aksi konvensional digantikan oleh bobot konseptual yang besar. Bahkan, game ini secara tidak terduga menyuarakan kenyataan. Premisnya tentang isolasi, survival, dan peran vital kurir tiba-tiba terasa sangat relevan beberapa bulan sebelum pandemi global melanda. Dijuluki "game yang meramalkan 2020," klaim ini bukan hal baru bagi Kojima—dan cukup adil.

Namun, sebagai game beride besar, Death Stranding punya tantangan sendiri. Narasinya kerap tenggelam dalam ritme lambat, dengan petualangan panjang yang membuat janji open-world biasa terasa hambar. Penulis Tim Rogers pernah menyamakannya dengan makan sayur sebelum hidangan penutup, tapi bagi saya, ini lebih seperti desain "wortel di ujung tongkat"—kecuali wortelnya adalah cutscene 10 menit bergaya sinematik, dan tongkatnya adalah perjalanan 7 jam. Dialog penuh permainan kata ala Kojima kadang mendalam, tapi sering juga cringe. Meski begitu, di balik monotoninya, ada keindahan aneh dalam Death Stranding pertama. Game ini layak dimainkan sekali, lalu dijelajahi lewat analisis mendalam dari para penggemarnya.

MEMBACA  OpenAI Luncurkan ChatGPT Atlas, Peramban AI Terbaru

Sekuel yang Lebih Terasah
Enam tahun kemudian, Death Stranding 2: On The Beach hadir dengan pendekatan berbeda. Jika pendahulunya terasa seperti mood board konseptual, sekuel ini lebih terfokus secara naratif. Alurnya masih punya kelemahan, tapi kali ini lebih sering berhasil daripada terjebak dalam "kedalaman palsu" seperti sebelumnya.

Ditempatkan 11 bulan setelah kejadian game pertama, On The Beach mengisahkan Sam dan "bridge baby"-nya, Lou, yang hidup menyendiri. Fragile (Seydoux) muncul dengan misi baru: menyatukan Meksiko ke dalam jaringan chiral Amerika. Game ini sadar akan repetisi misinya—lebih banyak jalan, lebih banyak menyambung—tapi disampaikan dengan kesadaran diri. Plot kemudian berbelok dramatis, memperluas skala hingga ke Australia, dengan kembalinya rival Sam, Higgs (Troy Baker), dan antagonis baru bernama Neil (Luca Marinelli) yang terinspirasi dari Snake Metal Gear Solid.

Gameplay: Masih Sama, Tapi Lebih Halus
Mengendalikan Sam tetap seperti memelihara Tamagotchi pasca-apokalips: mengatur kebersihannya, menyeimbangkan beban, dan menghindari ancaman BTs. Tapi kali ini, traversal terasa lebih ringan berkat kendaraan dan zipline. Dollman, pendamping baru Sam, menjadi penyemangat dengan komentar-komentarnya, mirip Mimir di God of War.

Yang membedakan adalah sentuhan "koneksi asinkron" antar pemain. Struktur yang dibangun pemain lain—jembatan, generator, pesan penyemangat—memberikan rasa kebersamaan dalam kesendirian. On The Beach juga lebih naratif, dengan Fragile sebagai karakter sentral yang lebih emosional.

Lebih Personal, Kurang Abstrak
Sam kini lebih banyak mempertanyakan misinya, bukan sek