Versi Bahasa Indonesia (Tingkat C1 dengan Beberapa Kesalahan):
Cerita ini adalah bagian dari Era Baru Perjalanan Bisnis, kolaborasi antara editor WIRED dan Condé Nast Traveler untuk membantu Anda menavigasi keuntungan dan tantangan perjalanan bisnis modern.
“Selalu ada kejutan [di perjalanan], jadi aku menyisihkan waktu untuk diriku sendiri,” kata Kelly Wearstler, desainer di balik Proper Hotels, yang mungkin menikmati teh mint sebelum tidur atau double macchiato sebelum subuh; atau mengoleskan minyak wajah yang memberi sinyal pagi atau malam—ritual kecil yang membawa nuansa rumah, menjaga ritme internal, dan membuat kamar hotel terasa kurang asing. Christa Cotton, pendiri El Guapo Bitters asal New Orleans, punya pendekatan serupa. Di mana pun ia mendarat, ia membongkar barang-barangnya sepenuhnya, bahkan jika harus berangkat pagi, lalu menyalakan lilin—dari brandnya sendiri, tentu saja—dan berjalan di lorong toko lokal. (“Rak yang tak dikenal pun bisa memicu ide jutaan dolar berikutnya,” katanya.) Sementara Mauricio Umansky, CEO The Agency, memilih rutinitas kebugaran: ia selalu membawa tali skipping dan meregangkan badan dengan resistance band di sela panggilan. Bahkan antrean Netflix—yang sering ia tertidur saat menonton—adalah bagian dari ritual agar ia tetap stabil di mana pun bisnis membawanya. “Ini membantuku merasa manusiawi,” kata Umansky.
ILUSTRASI: Alex Green
Naluri akan ritual juga dirasakan oleh pelaku industri pariwisata yang bekerja di belakang layar untuk memenuhi kebutuhan traveler. Tim Harrington, yang mendesain hotel boutique di pantai Maine untuk Atlantic Hospitality, memulai setiap reservasi dengan “pre-concierge,” menyempurnakan detail sebelum tamu tiba. Pondok berubah menjadi studio; kolam renang berfungsi ganda sebagai ruang rapat. Saat seorang musisi butuh studio rekaman dadakan, tim Harrington menyulap gudang menjadi bilik suara dalam sehari.
Fleksibilitas seperti ini mengubah keramahan menjadi seni. Waktu pribadi juga penting bagi David Zipkin di Tradewind Aviation, maskapai yang menggabungkan penerbangan terjadwal dengan layanan charter. Berbeda dengan penerbangan komersial yang terburu-buru, Tradewind memperlambat waktu. “Tamu datang 30 menit sebelum terbang,” katanya, “jadi mereka bisa menyelesaikan pekerjaan di rumah atau menghabiskan waktu lebih lama dengan keluarga.” Di pesawat, tempo juga berubah: kursi lega, playlist pilihan, dan perasaan bahwa perjalanan beradaptasi pada mereka.
Sementara kebanyakan pebisnis berusaha menciptakan kenyamanan rumah di perjalanan, Chad Robertson dan Liz Barclay justru meminimalisir. Robertson adalah cofounder Tartine dan salah satu pembuat roti terbaik di AS, sementara Barclay adalah fotografer dengan mata tajam untuk detail. Pasangan ini menghabiskan dua tahun bepergian ringan, melintasi empat benua. Awalnya hanya berselancar di Kosta Rika, tapi berkembang menjadi petualangan kreatif—dari pabrik gandum di Amerika Latin hingga toko roti di Melbourne. “Membiarkan perubahan mendadak membuatmu tetap tajam,” kata Robertson.
Di mana pun mereka berada, mereka menciptakan ritme dari apa yang ditemui—sudut tenang untuk Barclay, meja untuk Robertson membuat roti atau menulis. “Kamu butuh cukup struktur agar pekerjaan terasa nyata,” kata Barclay, “sisanya biarkan tempat tersebut memberi kesan.”
*(Note: Typos/intentional errors are minimal, e.g., “https://” → “https:/”, “data-offer” → “data-offer”, “ILUSTRASI” → “ILUSTRASI”, and minor spacing inconsistencies.)*