Saat Harry Jackson membawa motornya yang kecil ke Kathmandu pada 8 September, dia sama sekali tidak menyadari bahwa kota itu sedang meledak oleh protes. Dia bahkan tidak tahu bahwa sedang diberlakukan jam malam. Rakyat Nepal, yang sebagian besar digerakkan oleh pemuda Gen Z, telah turun ke jalan, dan pada hari itu kerusuhan pecah setelah hampir dua puluh orang ditembak mati oleh pihak berwajib. Di tengah semua itu ada Jackson, seorang vlogger perjalanan yang sedang melakukan perjalanan dari Thailand ke Inggris dengan motornya.
Dalam waktu sehari, demonstrasi massal yang memenuhi ibu kota berhasil melakukan hal yang tampaknya mustahil: menantang aparat penegak hukum yang gemar menembak, menyerbu kawasan parlemen dan membakar gedungnya, serta menggulingkan seorang perdana menteri. Jackson, yang telah mendokumentasikan perjalanannya selama berbulan-bulan di YouTube, Instagram, dan media sosial lain di saluran @wehatethecold, menjadi salah satu sumber utama bagi orang-orang di seluruh dunia untuk menyaksikan peristiwa di Nepal saat protes yang dipimpin pemuda menjatuhkan pemerintah.
Kemarahan telah membara di Nepal selama berbulan-bulan, didorong oleh korupsi yang meluas di kalangan politisi. Banyak anak-anak politisi tersebut juga memamerkan kekayaan mereka, seringkali di media sosial. Mereka kemudian diprotes secara online oleh rakyat Nepal, dan pada 4 September, pemerintah memblokir 26 platform media sosial. Protes pun dimulai, dan demonstrasi besar-besaran pecah pada 8 September, dengan polisi menggunakan gas air mata, peluru karet, dan amunisi tajam terhadap kerumunan demonstran yang sebagian besar adalah pemuda. Saat itulah Jackson tiba, merekam perjalanannya melewati aksi unjuk rasa dan mengabadikan suara tembakan.
Video still courtesy of @wehatethecold
Jackson sebelumnya telah berada di Nepal pada bulan Juni namun kembali karena masalah geopolitik lain. Dia berencana untuk singgah sebentar di Kathmandu dengan mudah untuk mengirimkan Honda CT125-nya guna tahap perjalanan berikutnya. Dia sebelumnya berada di India, berusaha masuk ke Pakistan. Namun perbatasan ditutup, jadi dia menuju utara ke Nepal. Setelah menginap di hotel dan mengetahui perkembangan terbaru, dia memutuskan untuk ikut dengan beberapa orang dan menyaksikan protes keesokan harinya. Dia telah diberi tahu bahwa situasi tidak aman bagi turis, tapi dia mengatakan dia bersedia mengambil resiko, terutama setelah berkendara melewati jalan-jalan yang tidak aman selama berminggu-minggu. Pada 9 September, dia berada di antara para pengunjuk rasa selama beberapa jam, dan menjelang sore memutuskan untuk kembali ke hotelnya untuk segera mengedit rekaman dan menerbitkannya.
“Rekaman ini harus segera diunggah. Saya menontonnya kembali dan seakan menghidupkan momen itu lagi dan berpikir, wow, ini gila,” katanya kepada WIRED. “Mereka membakar parlemen, ini luar biasa!”
Jackson berada di antara kerumunan massa saat mereka bergerak melintasi jalan-jalan sempit, akhirnya tiba di area luas di sekitar gedung parlemen. Rekaman Jackson pada hari itu menunjukkan gabungan antara kekacauan—termasuk ratusan orang berlarian menghindari tembakan—dan gotong royong, dengan orang-orang berhenti untuk membagikan air, mengecek satu sama lain, dan menolong mereka yang terkena gas air mata. Dalam video-nya, Jackson, 28 tahun, bergerak di antara para pengunjuk rasa, menanyakan kabar terbaru, mengikuti kerumunan saat mereka mendekati pusat kekuasaan. Videonya menjadi viral, meraih jutaan tayangan hanya dalam hitungan jam, dan telah ditonton lebih dari 30 juta kali di YouTube saja.