Southern Company sebenarnya tidak memerlukan proyek percontohan ini untuk meyakinkan mereka soal kendaraan listrik. Perusahaan tersebut—yang mengoperasikan Alabama Power, Georgia Power, dan Mississippi Power, serta anak perusahaan lainnya di enam negara bagian selatan dan tengah—telah menggunakan kendaraan listrik Ford sejak 2023. Armada mereka kini mencakup lebih dari 200 truk F-150 Lightning dan 150 pengisi daya Ford Pro. Perusahaan ini sebelumnya menargetkan untuk mengalihkan setengah armadanya ke listrik pada 2030; namun kini menyatakan tidak lagi mengejar target itu, meski akan terus melanjutkan transisi kendaraannya.1
Kali ini, mereka ingin meneliti apakah perangkat lunak pengisian daya Ford Pro dapat digunakan untuk menurunkan konsumsi energi kendaraan dan pengisi dayanya selama periode permintaan tinggi. (Ford Pro adalah divisi armada komersial dari pabrikan AS itu.) Program “managed charging” semacam ini menghemat biaya bagi pemilik armada dengan menjadwalkan pengisian di saat tarif listrik lebih rendah, sekaligus mengurangi beban pada jaringan listrik. Southern Company sangat menyadari poin terakhir ini: Seiring boom AI, pusat data membanjiri kawasan tenggara AS.
“Kami berusaha mencari cara untuk menghemat setiap kilowatt-jam yang dapat dihemat, karena sistem kami akan lebih terkendala di masa depan,” ujar Lea Clanton, yang memimpin pengembangan bisnis dan inovasi untuk Southern Company New Ventures.
Perusahaan utilitas ini berinvestasi dalam lebih dari 200 truk F-150 Lightning dan 150 pengisi daya Ford Pro untuk operasi armadanya.
Courtesy of Southern Company
Ironisnya, momen paling menarik dalam eksperimen ini justru ketika kedua perusahaan bekerja sama untuk mematikan semua pengisi dayanya. Dengan mematikan pengisi daya selama 30 menit—tindakan yang mungkin diperlukan tiba-tiba selama cuaca sangat panas atau dingin, atau dalam keadaan darurat—Southern Company dan Ford menyatakan mereka berhasil mengurangi beban pada jaringan sebesar 0,5 megawatt, serta langsung membebaskan jumlah listrik yang setara dengan kebutuhan listrik 200 hingga 450 rumah untuk satu tahun.
Suatu hari nanti, armada kendaraan listrik seperti yang dioperasikan Southern Company mungkin akan menggunakan perangkat lunak semacam ini untuk menghemat uang dan listrik. Namun, Clanton menyatakan bahwa perusahaan utilitas ini memerlukan lebih banyak informasi sebelum siap menghubungkan kendaraan listriknya ke pengisi daya yang lebih cerdas. Mereka perlu menjamin bahwa para pengemudinya—khususnya yang menangani keadaan darurat kelistrikan—selalu memiliki daya saat hal tak terduga terjadi.
“Jika kami ingin mengadopsi sesuatu yang lebih permanen, kami perlu meluangkan waktu untuk lebih memahami di mana pengemudi kami perlu berada, seberapa sering mereka mengisi daya, dan memastikan bahwa hal itu sama sekali tidak akan berdampak pada pengiriman energi yang bersih, aman, andal, dan terjangkau kepada pelanggan, 24 jam sehari,” kata Clanton.
1Pembaruan, 4 September pukul 15.00: Artikel ini diperbarui untuk mengoreksi detail mengenai upaya Southern Company dalam mengalihkan armadanya ke listrik.