Sebelas tahun lalu, semua orang mulai dari troll internet hingga pemerintahan Obama punya saran yang sama bagi kaum muda yang mencari jalur karir stabil dan jangka panjang: Belajar coding. Namun kini, terutama karena adanya AI generatif, nasihat itu terbalik. Jangan belajar coding. Mungkin lebih baik kuliah jadi perawat.
Menurut survei SHRM pekan lalu, insinyur perangkat lunak dan pekerjaan lain yang didominasi fungsi matematika dan komputer paling berisiko terotomatisasi dan tergantikan oleh AI. Survei ini melibatkan lebih dari 20.000 pekerja AS untuk melihat persentase tugas yang sudah diotomatisasi di berbagai jenis pekerjaan, serta hambatan nonteknis seperti preferensi pelanggan dan regulasi.
Hasilnya menunjukkan perbedaan penting. Fakta bahwa banyak tugas bisa dikerjakan mesin tidak serta-merta membuat suatu pekerjaan berisiko hilang. Survei memperkirakan 15,1% pekerjaan (23,2 juta) setidaknya 50% otomatis, dan 7,8% (12 juta) setidaknya 50% dikerjakan AI generatif. Namun, hanya sekitar 6% (9,2 juta) yang rentan karena memenuhi kriteria tersebut.
Faktanya, pangsa peran berisiko ini jauh lebih rendah dari prediksi industri AI. CEO Anthropic, Dario Amodei, pernah mengatakan awal tahun ini bahwa AI bisa menghapus separuh pekerjaan kerah putih tingkat pemula dalam beberapa tahun mendatang, mendongkrak pengangguran hingga 10-20%. Alih-alih penurunan drastis, kita mungkin menyaksikan AI mendorong transformasi bertahap di dunia kerja.
"Teknologi fenomenal ini pasti mengubah cara pandang kita terhadap kerja, tapi belum tentu berujung pada pemutusan hubungan kerja seperti yang diduga beberapa pihak," ujar James Atkinson, Wakil Presiden Pemikirian Strategis SHRM, kepada CNET.
—
Apa saja penghambat otomatisasi pekerjaan?
Kekhawatiran AI merebut pekerjaan telah banyak didokumentasikan. Survei Pew Research Center awal tahun ini, contohnya, menemukan bahwa 64% orang Amerika memperkirakan lapangan kerja akan menyusut dalam 20 tahun ke depan karena AI.
Survei SHRM lebih berfokus pada pekerja individu dan tugas mereka. Salah satu alasan mereka mensurvei banyak orang adalah untuk mendapatkan sampel dari sebanyak mungkin kategori pekerjaan. "Kami ingin benar-benar mendapatkan perspektif orang yang melakukan pekerjaan tersebut sehari-hari," kata Atkinson.
Survei terhadap pekerja langsung memberikan pemahaman lebih mendalam tentang alasan sebenarnya mengapa otomatisasi mungkin tidak sepenuhnya menggantikan suatu pekerjaan. SHRM mendefinisikan "hambatan nonteknis" sebagai hal-hal yang mencegah AI melakukan pekerjaan, bukan karena ketidakmampuan teknologinya.
Hambatan nonteknis terbesar adalah preferensi klien. Atkinson menggunakan contoh pilot. Komputer sebenarnya mungkin mampu menerbangkan pesawat, tapi tidak ada penumpang yang mau melihat kokpit kosong tanpa manusia.
Hambatan lain melibatkan batasan hukum dan regulasi, seperti kontrak serikat pekerja, meski regulasi bisa berubah seiring kemajuan AI. Terakhir, ada pertanyaan tentang efisiensi biaya. Mesin kasir mandiri mungkin masuk akal secara finansial di rantai menguntungkan seperti Walmart, tapi tidak demikian di toko kelontong independen yang butuh kasir manusia.
Penghalang ini mungkin membantu menjelaskan beberapa statistik terbaru yang menunjukkan kesulitan bisnis dalam menerapkan AI di tempat kerja. Studi MIT menemukan bahwa 95% proyek percontohan AI bisnis tidak menghasilkan penghematan atau peningkatan nyata. Masih ada jurang lebar antara janji teknologi baru dan produktivitas aktualnya.
Pekerjaan yang paling dan paling kecil kemungkinannya terotomatisasi
Pekerjaan komputer dan matematika paling menonjol berisiko tergantikan. Sekitar 12,8% dari pekerjaan ini memiliki setidaknya 50% tugas yang terotomatisasi tanpa hambatan nonteknis yang jelas. Profesi berisiko tinggi lain (seperti arsitektur, teknik, atau manajemen) menghadapi masalah serupa.
Bidang yang paling kecil kemungkinannya terotomatisasi melibatkan interaksi manusia yang signifikan. Pada tenaga kesehatan, contohnya, SHRM hanya menemukan 3% pekerjaan yang setidaknya 50% otomatis dan tanpa hambatan nonteknis. Pekerjaan perawatan personal dan layanan sosial serupa.
"Industri kesehatan adalah salah satu dari sedikit industri yang terus mencatatkan pertumbuhan lapangan kerja bulan demi bulan," ujar Atkinson. "Ini industri yang tumbuh, akan terus berkembang seiring penuaan demografi kita, dan juga jenis pekerjaan yang paling rendah risikonya untuk tergantikan."
Atkinson menyatakan hasil survei menunjukkan kebutuhan akan pekerja dengan keterampilan interpersonal, bukan hanya teknis. Apa yang tidak bisa dilakukan alat AI generatif?
"Kami melihat organisasi berkata bahwa kami membutuhkan orang yang bisa melakukan pemecahan masalah umum," katanya.