Analisis DNA Ungkap Kisah Kelam Napoleon di Rusia

Penarikan diri Napoleon dari Rusia pada tahun 1812 merupakan salah satu retret paling dahsyat dalam sejarah. Penelitian terbaru menguatkan teori bahwa penyakit turut memperburuk situasi malapetaka tersebut.

Para peneliti dari Prancis dan Estonia telah mengidentifikasi patogen dalam sisa-sisa serdadu yang mundur dari Rusia, yang menyebabkan demam paratifoid dan demam berulang. Meski studi ini tidak menentukan seberapa luas penyebaran penyakitnya, penelitian ini mengidentifikasi penyebab potensial di balik gejala yang dideskripsikan dalam catatan sejarah pasukan Napoleon.

“Retret dari Rusia berlangsung dari 19 Oktober hingga 14 Desember 1812 dan mengakibatkan hilangnya hampir seluruh pasukan Napoleon,” tulis para peneliti dalam sebuah studi yang diterbitkan Jumat di jurnal Current Biology. “Menurut sejarawan, bukanlah gangguan dari tentara Rusia yang merenggut nyawa sekitar 300.000 orang, melainkan hawa dingin yang ekstrem dari musim dingin Rusia, ditambah dengan kelaparan dan penyakit.”

Patogen Pemicu Demam

Tim berhasil memulihkan dan mengurutkan DNA dari gigi para serdadu yang sebelumnya telah digali di Lithuania, yang kemungkinan meninggal akibat penyakit menular. Analisis mereka mengungkap bukti dua patogen—subspesies *Salmonella enterica* dari garis keturunan Paratyphi C (*S. enterica* Paratyphi C), yang menyebabkan demam paratifoid; dan *Borrelia recurrentis*, yang menyebabkan demam berulang.

Hasil ini merepresentasikan bukti genetik pertama bahwa pasukan Napoleon menderita karena patogen-patogen ini. Secara spesifik, empat serdadu dinyatakan positif *S. enterica* Paratyphi C dan dua untuk *B. recurrentis*. Kedua penyakit ini dapat menyebabkan demam tinggi, kelelahan, dan masalah pencernaan, yang gejalanya selaras dengan yang dideskripsikan dalam catatan sejarah pasukan Napoleon. Dengan kondisi serdadu yang sudah menderita kedinginan, kelaparan, dan higienitas yang buruk, kita hanya dapat membayangkan keadaan para pria tersebut.

MEMBACA  Putin bersumpah untuk 'memeras musuh' saat Ukraina semakin mendalam ke Rusia.

Karena peneliti hanya menyelidiki 13 serdadu dari sekitar 300.000 yang tewas selama retret dari Rusia, mereka tidak dapat menentukan berapa banyak kematian yang mungkin disebabkan patogen ini. Meski demikian, “keberadaan patogen-patogen yang sebelumnya tidak diduga ini pada serdadu-serdadu tersebut mengungkapkan bahwa mereka bisa saja berkontribusi pada kehancuran Pasukan Besar Napoleon selama retret yang malapetaka pada 1812,” jelas para peneliti.

Relevansi Modern

Menyelidiki data genomik patogen yang relevan secara historis ini menerangi perkembangan penyakit menular, yang membawa implikasi bagi studi penyakit semacam itu di masa kini, jelas Nicolás Rascovan, penulis pendamping studi dan kepala unit paleogenomik mikroba di Institut Pasteur, dalam sebuah pernyataan dari institut tersebut.

Karya Rascovan dan rekan-rekannya lebih lanjut menguatkan hipotesis bahwa selain tekanan seperti kelelahan, kedinginan, dan kondisi yang keras, penyakit menular turut berkontribusi pada runtuhnya kampanye Napoleon di Rusia tahun 1812. Secara lebih luas, studi ini juga menawarkan wawasan tambahan tentang kegagalan militer yang termasyhur itu, yang pelajaran sejarahnya sebagian besar diabaikan oleh Adolf Hitler lebih dari seabad kemudian selama Operasi Barbarossa, ketika pasukannya sendiri yang tidak dilengkapi dengan baik menderita dalam hawa dingin Rusia yang membekukan.