Di tengah meningkatnya kekhawatiran atas monopoli Google dalam penelusuran daring, integrasi intensif kecerdasan buatan ke dalam cara mereka menyajikan outlet berita dunia telah memicu pergeseran besar dalam lanskap jurnalisme digital.
Penerbit besar global melaporkan penurunan drastis lalu lintas dan pendapatan, yang memicu kekhawatiran bahwa model bisnis tradisional mereka menghadapi ancaman eksistensial, The Guardian melaporkan dalam analisis mendalam tentang reaksi industri ini.
Laporan itu menyatakan bahwa peluncuran cepat fitur penelusuran berbasis AI oleh Google telah memicu krisis di seluruh industri, mengacaukan model penerbitan tradisional dan menimbulkan pertanyaan mendesak tentang masa depan jurnalisme.
Dorongan raksasa teknologi ini ke dalam AI telah disambut dengan alarm yang meningkat dari para penerbit, yang khawatir teknologi ini tidak hanya mengganggu aliran pendapatan tetapi juga mengkompromi integritas informasi.
Bagaimanakah lanskap berita Google akan terlihat?
The Guardian melaporkan bahwa sumber terdekat menggambarkan sebuah lanskap di mana ringkasan yang dihasilkan AI dan umpan yang dipersonalisasi kini menjadi gerbang utama untuk konten daring. Namun, para kritikus memperingatkan bahwa perubahan ini berisiko menciptakan “ruang gema” yang dipenuhi sensasionalisme dan umpan klik, dengan mengorbankan jurnalisme investigasi yang mendalam.
Para analis industri dan pakar memperingatkan bahwa tren semacam itu mengancam kepercayaan pada ekosistem berita.
Sementara itu, Google Discover, yakni umpan konten yang dipersonalisasi, telah menjadi sumber keterlibatan yang dominan, bahkan melampaui hasil dari penelusuran. Tetapi analis industri memperingatkan bahwa saluran ini seringkali mengganjar sensasionalisme dan umpan klik, yang justru melemahkan jurnalisme yang bermakna.
“Google Discover sama sekali tidak penting bagi Google dari sisi produk,” ujar David Buttle, pendiri konsultan DJB Strategies, kepada The Guardian. “Ini memungkinkan Google mengalirkan lebih banyak lalu lintas ke penerbit seiring menurunnya lalu lintas dari penelusuran … Penerbit tidak punya pilihan selain setuju atau kehilangan penelusuran organik mereka. Ini juga cenderung mengganjar konten yang bersifat umpan klik. Arahnya berlawanan dengan jenis hubungan yang diinginkan penerbit.”
Yang menambah kekhawatiran industri adalah perdebatan berkelanjutan soal hak cipta dan data. Penerbit dan sektor kreatif telah mengintensifkan upaya lobi untuk mencegah perusahaan AI mengambil konten yang dilindungi tanpa izin, sebuah langkah yang dapat melindungi sektor yang diperkirakan bernilai $169 miliar.
Para penerbit berita sangat khawatir
Peluncuran cuplikan bertenaga AI oleh Google, seperti Mode Ikhtisar dan Mode Chatbot, telah dengan cepat mengubah pola keterlibatan pengguna. Alat-alat ini menyediakan ringkasan singkat yang dihasilkan AI di bagian atas hasil penelusuran, yang seringkali menghilangkan kebutuhan pengguna untuk mengklik ke sumber aslinya.
Para pemimpin industri berpendapat bahwa penurunan ini mengancam fondasi jurnalisme digital.
Jon Slade, CEO Financial Times, mengatakan pada sebuah konferensi media musim panas ini bahwa penurunan “cukup tiba-tiba dan berkelanjutan” dalam lalu lintas dari penelusuran, yang turun hingga 30%, terkait dengan fitur AI baru Google, lapor The Guardian.
“Ini bukan hanya fluktuasi sementara, ini adalah tren yang dapat mendefinisikan ulang industri kita,” katanya.
Akibatnya, lalu lintas rujukan ke situs berita telah merosot dan data internal yang diserahkan kepada Otoritas Persaingan Usaha dan Pasar Inggris (CMA) menunjukkan penurunan hingga 90% pada beberapa outlet, lapor The Guardian.
Para regulator meningkatkan pengawasan
Pemerintah di seluruh Eropa dan Amerika Utara sedang mempertimbangkan undang-undang untuk mengatur penggunaan materi berhak cipta oleh AI, dengan tujuan menciptakan keseimbangan antara inovasi dan kompensasi yang adil.
Seiring ekosistem berita digital yang bergumul dengan gangguan-gangguan ini, pertanyaan tentang kelangsungan model yang didukung iklan di era yang semakin didominasi oleh AI dan konten yang dipersonalisasi masih tersisa. Banyak ahli percaya intervensi regulator mungkin tidak terelakkan untuk melestarikan keberagaman jurnalistik dan kelayakan ekonomi.