Penelitian yang terbit hari ini menemukan bahwa sebagian besar orang memiliki sensitivitas terhadap gluten atau gandum, tetapi tidak mengidap penyakit celiac.
Para ilmuwan di Inggris dan negara lain meninjau lusinan studi yang dilakukan di seluruh dunia. Mereka memperkirakan bahwa sekitar satu dari setiap sepuluh orang secara global melaporkan memiliki suatu kondisi yang disebut sensitivitas gluten/gandum non-celiac, atau NCGWS. Mereka juga menemukan bahwa penderita NCGWS lebih rentan mengalami masalah kesehatan lain, termasuk kecemasan dan sindrom iritasi usus besar.
Temuan ini menegaskan bahwa “NCGWS merupakan kondisi yang umum sekaligus terkait dengan beban emosional dan psikologis yang signifikan,” ujar penulis utama Mohamed Shiha, seorang gastroenterolog di University Hospitals of Leicester NHS Trust, kepada Gizmodo.
Tinjauan yang Sistematis
Berbagai penelitian dalam beberapa tahun terakhir telah berusaha menilai dampak NCGWS. Namun menurut Shiha, studi merekalah yang pertama kali secara sistematis menggabungkan dan mengevaluasi data ini untuk menyajikan angka yang andal mengenai prevalensi kondisi tersebut di seluruh dunia.
Mereka akhirnya menganalisis 25 studi yang dilakukan antara 2014 dan 2024 di 16 negara, secara kolektif melibatkan hampir 50.000 orang dewasa. Secara keseluruhan, mereka menemukan bahwa tingkat NCGWS yang dilaporkan sendiri secara global adalah 10,3%, meskipun angka ini dapat sangat bervariasi antarnegara. Di Inggris, misalnya, angkanya mencapai 23%, sementara di Cile hanya 0,3%. Sekitar 5% warga Amerika melaporkan memiliki NCGWS, meskipun perkiraan ini didasarkan pada satu studi tunggal.
Gejala paling umum yang terkait dengan NCGWS adalah gastrointestinal dan mencakup perut kembung, nyeri perut, serta diare. Namun, beberapa orang juga melaporkan gejala seperti kelelahan, nyeri sendi, dan sakit kepala. Perempuan lebih cenderung melaporkan memiliki NCGWS, dan kondisi ini lebih umum ditemui pada orang dengan depresi, kecemasan, dan IBS. Kurang dari separuh penderita kondisi ini (40%) melaporkan menjalani diet bebas gluten sebagai solusinya.
Temuan tim tersebut dipublikasikan pada hari Selasa di jurnal Gut.
Sebuah Payung yang Luas
Meskipun penyakit celiac dapat diskrining dengan tes darah sederhana, tidak ada kriteria standar atau penanda andal untuk mendiagnosis NCGWS. Dan tampaknya ini merupakan kondisi kompleks tanpa penyebab tunggal yang menyatukan, menurut para penulis.
“Temuan kami menunjukkan bahwa NCGWS adalah sebuah istilah payung yang menggambarkan kelompok luas individu dengan gejala terkait gandum atau gluten yang sering kali bersumber dari mekanisme mendasar berbeda, mulai dari gangguan interaksi usus–otak seperti IBS hingga faktor psikologis dan sosial, bukannya sebuah kondisi biologis tunggal yang seragam,” ujar Shiha.
Dalam beberapa kasus, hal ini bisa mirip dengan kontagion sosial. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan perhatian media mungkin mempengaruhi cara “orang menafsirkan gejala mereka,” jelasnya. Dalam kasus lain, NCGWS bisa saja tertukar dengan kondisi lain.
“Sebagian besar kasus mungkin tidak berkaitan langsung dengan gluten atau gandum itu sendiri, tetapi justru tumpang tindih dengan sindrom iritasi usus besar dan gangguan interaksi usus–otak lainnya seperti dispepsia fungsional,” kata Shiha. “Hubungan signifikan yang kami temukan dengan IBS, kecemasan, dan depresi mendukung hipotesis ini.”
Baru pekan lalu, sebuah tinjauan di Lancet menyajikan bukti bahwa kebanyakan orang dengan klaim sensitivitas gluten sebenarnya lebih cenderung sensitif terhadap karbohidrat terfermentasi (FODMAP) atau bahan-bahan gandum lain. Tinjauan ini juga berargumen bahwa beberapa kasus bisa disebabkan oleh efek nocebo, atau sekadar ekspektasi bahwa mengonsumsi gluten akan menimbulkan bahaya—sebuah temuan yang sesuai dengan uji klinis kecil yang dipublikasikan pada Juli lalu.
Apa pun penyebabnya, penulis menekankan bahwa lebih banyak hal harus dilakukan untuk mendiagnosis dan menangani kasus-kasus ini dengan tepat. Untuk itu, tim tengah berupaya menyusun kriteria yang lebih jelas dan berbasis gejala guna mengidentifikasi NCGWS. “Kami juga ingin mengeksplorasi cara terbaik mengelola gejala ini tanpa menggunakan diet restriktif yang tidak perlu, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan nutrisi,” ucap Shiha.