Nemes Laszlo/Science Photo Library/Getty Images
Ikhtisar Pokok ZDNET
Para peneliti Harvard merancang model AI baru, PDGrapher. Model ini dapat mengidentifikasi perawatan untuk mengembalikan sel yang sakit menjadi sehat. Penemuan ini berpotensi memiliki dampak besar dalam bidang penemuan obat.
Meskipun penggunaan AI yang paling umum adalah membantu tugas-tugas sehari-hari, kemampuannya jauh lebih dari itu, bahkan dapat membantu membuat terobosan medis.
Minggu lalu, Harvard Medical School menerbitkan sebuah studi tentang model AI baru bernama PDGrapher. Menurut Harvard, model ini dapat menganalisis koneksi antara gen, protein, dan jalur pensinyalan di dalam sel untuk mengidentifikasi kombinasi terapi terbaik yang secara efektif dapat memulihkan perilaku sel yang sehat. Hal ini dapat memungkinkan pengobatan baru untuk kondisi yang sebelumnya tidak dapat ditemukan melalui metode tradisional.
Temuan Utama
Dalam ringkasan studinya, yang sebagian didanai federal, para penulis menjelaskan bahwa pendekatan penemuan obat tradisional biasanya menangani satu protein pada satu waktu. Metode ini bekerja dalam kasus seperti inhibitor kinase — obat yang mencegah sel kanker berkembang dengan memblokir protein tertentu — tetapi dapat gagal ketika penyakit melibatkan interaksi antara beberapa jalur pensinyalan dan gen.
"Penemuan obat tradisional ibarat mencicipi ratusan hidangan yang sudah disiapkan untuk menemukan satu yang kebetulan rasanya sempurna," kata penulis senior studi, Marinka Zitnik, dalam ringkasannya. "PDGrapher bekerja seperti koki master yang memahami seperti apa rasa hidangan yang diinginkan dan tepat bagaimana menggabungkan bahan-bahan untuk mencapai cita rasa yang diharapkan."
Para peneliti melatih model ini pada kumpulan data sel yang sakit sebelum dan sesudah perawatan. Dengan data itu, PDGrapher dapat mengidentifikasi gen-gen mana yang mengubah sel dari keadaan sakit menjadi sehat. Kemudian, model diuji pada 19 set data yang mencakup 11 jenis kanker, dan diminta untuk memprediksi berbagai opsi perawatan tanpa pernah melihat sampel sel tersebut sebelumnya.
Alat ini secara akurat memprediksi target obat yang diketahui efektif dan mengidentifikasi target lain dengan bukti klinis yang mendukung. PDGrapher juga mengungguli "alat-alat serupa lainnya," tulis para penulis (meski tidak menyebutkan secara spesifik), dengan peringkat target terapeutik yang benar hingga 35% lebih tinggi dan 25 kali lebih cepat.
Para peneliti mengidentifikasi banyak cara PDGrapher dapat mengoptimalkan penemuan obat dengan mengidentifikasi beberapa target yang dapat membalikkan penyakit. Menurut tulisan tersebut, hal ini dapat mempercepat proses, menyederhanakan upaya penelitian, dan mengurangi kejadian di mana penyakit kompleks dengan banyak jalur, seperti kanker, lolos dari pengobatan. Saat ini, tim menggunakan model untuk menangani penyakit otak, termasuk Parkinson dan Alzheimer.
AI dalam Dunia Medis
Meskipun masih baru, AI telah membuat beberapa kemajuan terkini untuk penggunaan medis. Tahun lalu, misalnya, kecenderungan model AI untuk berhalusinasi justru membantu para peneliti Stanford menemukan senyawa obat baru dengan kecepatan yang jauh lebih eksponensial dibandingkan dengan komputasi dasar saja. Namun, di sisi lain, penelitian menunjukkan bahwa pengguna chatbot AI mungkin terlalu bergantung pada alat AI untuk nasihat medis, yang bisa saja faktanya tidak benar atau tidak andal, dan tidak dapat menggantikan informasi dari tenaga medis profesional.
PDGrapher tersedia melalui Github di tautan berikut.