Harrison Chase, CEO dan Pendiri LangChain, Tampil di Cisco Live! Bahas Agen Ambient
Sabrina Ortiz/ZDNET
Hingga baru-baru ini, solusi AI yang dapat menjalankan tugas atas nama Anda terasa seperti fiksi ilmiah. Kini, era agen AI telah tiba, dengan hampir setiap perusahaan menawarkan solusinya sendiri. Namun, di cakrawala, ada tonggak yang lebih maju dan menjanjikan—agen ambient.
Pada hari ketiga konferensi Cisco Live!, CEO LangChain Harrison Chase berbicara tentang agen ambient, konsep yang dipelopori oleh perusahaannya di San Francisco. Seperti namanya, agen ini mengambil sinyal dari lingkungan untuk bertindak alih-alih menunggu perintah manusia.
Apa Itu Agen Ambient (dan Manfaatnya)?
Saat ini, bantuan AI yang diterima pengguna bersifat deterministik—artinya, manusia harus memasukkan perintah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Dengan agen ambient, terjadi pergeseran cara manusia berinteraksi dengan AI; asisten AI ini bergantung pada sinyal lingkungan.
"Agen ambient kami definisikan sebagai agen yang dipicu oleh peristiwa, berjalan di latar belakang, tetapi tidak sepenuhnya otonom," jelas Chase.
Ia menambahkan bahwa agen ambient membantu karyawan memperluas kapasitas mereka dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin. Alih-alih interaksi 1:1 antara manusia dan agen, konsep ini memungkinkan jutaan agen berjalan secara bersamaan. Anda tidak lagi terbatas pada jumlah chat window, tetapi bisa mengandalkan agen untuk memulai aksi berdasarkan sinyal lingkungan.
Konsep ini mirip dengan ambient computing, di mana kekuatan komputasi menyatu dengan kehidupan sehari-hari—seperti ekosistem smart home. Daripada menyalakan saklar satu per satu, asisten bisa merespons perubahan lingkungan, seperti cahaya yang meredup, untuk menjalankan serangkaian tindakan.
Di dunia bisnis, agen ambient bisa mencapai tujuan serupa dengan mengatur alur kerja dan bahkan berkolaborasi dengan agen lain tanpa campur tangan manusia—kecuali untuk hal yang sangat krusial. Kombinasi nalar manusia dengan kecepatan dan kecerdasan AI membuka kemampuan baru yang sebelumnya belum terakses.
"Ada kombinasi yang kuat antara empati dan kreativitas manusia dengan kekuatan dan skala AI," ungkap Nathan Jokel, SVP Corporate Strategy and Alliances, kepada ZDNET.
Mengatasi Halusinasi AI
Ketika membahas agen ambient berkemampuan tinggi, wajar jika muncul kekhawatiran soal keamanan data dan eksekusi tugas penting. Untuk itu, penting mengingat definisi Chase: agen ambient "tidak sepenuhnya otonom."
Chase menekankan perlunya pendekatan human-in-the-loop agar agen ambient bekerja efektif. Menurut blog LangChain, manusia tetap diperlukan dalam pola notify, question, dan review:
- Notify: Agen memberi tahu manusia tentang peristiwa penting.
- Question: Agen meminta arahan atau klarifikasi sebelum bertindak.
- Review: Manusia memverifikasi apakah tindakan harus dijalankan.
"Ini tidak deterministik," tambah Jokel. "Kita bisa bangun scaffolding, tapi pada akhirnya, manusia tetap perlu memastikan keputusan sebelum dieksekusi."
Sulit membayangkan teknologi di balik chatbot AI seperti ChatGPT—yang sering berhalusinasi—bisa mendukung pengalaman agen ambient. Namun, Vijoy Pandey dari Outshift menjelaskan bahwa perbedaannya terletak pada spesialisasi model.
"Seperti di industri film, aktor berkumpul untuk membuat film. Semua model dan agen ini sangat spesifik, tidak luas," katanya.
Pandey menambahkan bahwa kita tidak mengharapkan seorang ahli menguasai semua topik, tapi kita berharap itu dari alat seperti ChatGPT—yang memicu halusinasi AI. Yang dibutuhkan adalah agen AI yang benar-benar ahli dalam tugas tertentu.
Lalu, kapan teknologi ini akan muncul? Chase menyatakan bahwa meski masih tahap awal, ini "jelas arah yang dituju."
Ingin cerita lebih banyak soal AI? Daftar Newsletter Innovation.