Keyboard ini memiliki backlight warna empat zona, yang bisa disesuaikan melalui sistem PredatorSense dari Acer. Sistem ini mengontrol segala hal, mulai dari detail pengisian baterai hingga kustomisasi logo yang ditampilkan saat laptop menyala. Aksesnya lewat tombol khusus di atas numeric keypad yang ramping. Tombol unik lainnya adalah Mode key, terletak di bagian kiri atas keyboard. Tombol ini memungkinkan peralihan di antara empat mode kinerja/operasi kipas saat terhubung ke listrik; dua mode tersedia saat menggunakan daya baterai.
Karena adanya numeric keypad, keyboard dan touchpad agak bergeser jauh ke kiri. Mungkin butuh waktu untuk terbiasa dengan tata letak ini, tapi saya kesulitan bekerja nyaman saat posisinya terlalu ke satu sisi, terutama saat menggunakan tombol panah yang berada di area antara keyboard dan keypad.
Port-nya sangat lengkap dan tersebar di kedua sisi serta belakang perangkat. Termasuk dua port USB-C (satu dengan dukungan Thunderbolt 4), tiga port USB-A, port HDMI ukuran penuh, jack Ethernet ukuran penuh, dan slot microSD. Anda perlu menggunakan jack daya terpisah serta adaptor A/C 230-watt untuk menyalakan perangkat ini. (Adaptornya sendiri berat tapi tidak terlalu besar, beratnya sekitar 0,5 kg.)
Layarnya termasuk salah satu yang paling terang yang pernah saya lihat dalam beberapa tahun. Meskipun speaker tidak terlalu bernuansa, setidaknya cukup keras. Sayangnya, memang perlu keras, karena kipasnya sering berputar dan suaranya sangat berisik.
Komputer Crash
Foto: Chris Null
Secara keseluruhan, performa perangkat ini sangat unggul untuk hampir semua tugas. Helios mencetak rekor di hampir semua benchmark yang saya jalankan, termasuk skor GPU tertinggi yang pernah saya lihat, mengalahkan MacBook Pro M4 Pro dengan selisih 50% pada tes Geekbench 6 GPU dan hampir dua kali lebih cepat dibanding sistem dengan GPU laptop GeForce generasi sebelumnya.