Sudah lama sejak Creative Assembly merilis game Total War murni bertema sejarah. Beberapa tahun lalu ada Three Kingdoms, lalu disusul Troy, yang termasuk seri Saga. Keduanya punya unsur mitologi yang kuat, dengan jendral-jendral super kuat, unit fantasi seperti harimau jinak dan minotaur, serta mode sejarah yang terasa seperti tambahan saja. Bagi penggemar sejarah, ini kurang memuaskan.
Tapi itu berubah dengan Total War: Pharaoh. Berlatar kekacauan keruntuhan Zaman Perunggu, Pharaoh awalnya mendapat tanggapan beragam karena skalanya kecil—peta hanya mencakup Mesir, Kanaan, dan sebagian Anatolia. Namun, pembaruan gratis besar-besaran telah membawa banyak perbaikan. Peta kini meluas hingga mencakup Mesopotamia klasik, Anatolia, dan Yunani, dengan puluhan faksi baru seperti Babilonia, Asyur, Elam, Uratu, Bangsa Laut, Troy, dan lainnya.
Mekanik permainannya sangat diperhalus, dengan sistem kerajaan dan pemerintahan yang unik tergantung wilayah yang dimainkan, diplomasi lebih baik, dan sumber daya perdagangan yang benar-benar berpengaruh. Seperti game lainnya dalam seri ini, Pharaoh adalah sandbox, memungkinkanmu membangun kerajaan sesuai keinginan—entah dengan menjarah dan membakar sebagai Bangsa Laut nomaden atau menyelamatkan peradaban dari keruntuhan sebagai Babilonia atau Het.
Sebagai seseorang dengan lebih dari 3.000 jam bermain berbagai game Total War, aku yakin bilang Total War: Pharaoh bukan cuma salah satu game Total War terbaik dalam beberapa tahun terakhir, tapi juga salah satu game strategi terbaik, titik.
Tanggal Rilis: 11 Okt. 2023
Genre: Strategi waktu nyata sejarah
Pengembang: Creative Assembly