Lapangan Umayyad di Damaskus memiliki suasana pesta dengan musik dan perayaan. Ribuan warga Suriah membanjiri jalan-jalan ibu kota, Damaskus, dan kota-kota lain untuk merayakan jatuhnya rezim Bashar al-Assad. Di Damaskus, orang-orang berkumpul di Masjid Umayyad yang ikonik untuk berdoa sebelum demonstrasi bersorak yang dipimpin oleh pemberontak Islam yang memimpin pemberontakan bersenjata melawan Assad. Pemimpin pemberontak Abu Mohammed al-Jolani, yang sekarang mulai menggunakan nama aslinya, Ahmed al-Sharaa, telah mendesak warga Suriah “untuk pergi ke jalan-jalan untuk mengekspresikan kegembiraan mereka” pada Jumat untuk menandai “kemenangan revolusi yang diberkati”. Assad melarikan diri ke Rusia pada hari Minggu ketika rezim yang didirikan oleh ayahnya 50 tahun lalu runtuh dalam beberapa hari yang penuh gejolak. Lapangan Umayyad di Damaskus memiliki suasana pesta. Speaker-speaker dipasang, dan musik diputar “Angkat kepalamu tinggi, kamu orang Suriah.” Orang-orang melambaikan bendera oposisi Suriah dan menyanyikan lagu-lagu revolusioner dan slogan-slogan. Di antara mereka ada pria-pria berpakaian hitam – mengenakan pelindung tubuh dan membawa senjata. Mereka adalah anggota kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Beberapa berhenti untuk berfoto dengan warga sipil. Salah satunya mengeluarkan selembar kertas dan mulai membaca puisi yang telah ditulisnya memuji negara itu. Sara al-Zobi, seorang mahasiswa universitas yang tinggal di Damaskus tetapi berasal dari Deraa – kota yang dianggap oposisi sebagai tempat lahirnya revolusi – mengatakan warga Suriah telah berkumpul untuk merayakan pada Jumat dan akan melanjutkan membangun masa depan “berpegangan tangan.” “Kami berkumpul karena kami senang Suriah telah dibebaskan, kami senang telah dibebaskan dari penjara di mana kami tinggal,” kata peserta lain, Nour Thi al-Ghina. Jauh dari perayaan, keluarga yang berduka pergi mencari jenazah anggota keluarga yang menghilang selama satu dekade terakhir di penjara-penjara terkenal rezim Assad. Di sebuah kamar mayat di pusat Damaskus, beberapa orang mengangkat foto kerabat mencoba membandingkannya dengan jenazah yang tergeletak di depan mereka. Beberapa berhasil menemukan ayah, saudara, atau putra yang hilang, sementara yang lain pergi sambil menangis setelah gagal menemukan petunjuk. Kamar mayat penuh dengan jenazah yang dipindahkan dari penjara Saydnaya, yang dikenal luas di sini sebagai tempat pembantaian manusia. “Semua jenazah memiliki tanda-tanda kekurangan gizi yang jelas, mereka sangat kurus,” kata Aslan Ibrahim, seorang ahli forensik di rumah sakit. Jenazah seorang jurnalis memiliki tanda-tanda penyiksaan, katanya, menambahkan: “Lengan dan kakinya patah, dan dia juga memiliki banyak memar.” Situs kunci dari jaringan luas badan intelijen yang selama puluhan tahun mencoba menghancurkan gerakan oposisi secara brutal dapat ditemukan di sepanjang jalan-jalan pusat ibu kota Suriah. Di ruang bawah tanah markas keamanan negara, di distrik Kafr Sousa kota, berdiri barisan sel-sel kecil – masing-masing hanya dua meter kali satu meter dan dilindungi oleh pintu-pintu baja tebal. Di dalamnya, noda hitam menandai dinding-dinding kotor. Tahanan bisa ditahan di sel-sel ini selama berbulan-bulan sambil diinterogasi dan disiksa. Mereka berada tepat di bawah permukaan jalan, di jalan yang ramai di mana setiap hari ribuan warga Suriah biasa melewati, menjalani kehidupan sehari-hari mereka hanya beberapa meter dari tempat rekan-rekan mereka ditahan dan disiksa. Sedikit jauh adalah Direktorat Intelijen Umum, bagian lain dari jaringan mantan agen mata-mata Suriah. Ada sejumlah besar catatan – bukti bagaimana rezim Assad dulu memantau warganya. Ada barisan berkas kertas dalam lemari dan, di beberapa ruangan, tumpukan buku tulis bertumpuk dari lantai hingga langit-langit. Di dekatnya adalah ruang server komputer. Lantai dan dindingnya putih bersih dan unit penyimpanan data hitam berdengung dengan tenang. Listrik telah diputus ke sebagian besar Damaskus tetapi tampaknya fasilitas ini begitu penting sehingga memiliki pasokan listrik sendiri.
