Seorang backpacker yang selamat setelah nyaris dua minggu tersesat di pedalaman Australia Barat mengungkapkan bahwa ia “sungguh merasa sangat bersyukur bisa bertahan hidup”.
Caroline Wilga, warga negara Jerman berusia 26 tahun, berhasil diselamatkan pada Jumat lalu setelah menghabiskan 11 malam sendirian di tengah hutan belantara dengan cuaca yang sangat dingin.
Ia bertahan dengan minum dari genangan air dan berlindung di sebuah gua, kata polisi.
Dalam pernyataan pertamanya sejak diselamatkan, Wilga mengaku kepalanya terbentur setelah kehilangan kendali atas mobil van-nya, membuatnya keluar kendaraan dalam keadaan bingung.
Ia ditemukan oleh seorang pengendara dan dievakuasi dengan helikopter ke rumah sakit di Perth, di mana ia kini sedang dalam pemulihan.
Wilga menyampaikan terima kasih kepada staf medis, kedutaan Jerman, dan semua orang yang turut membantu pencariannya, dalam pernyataan yang diposting di Instagram oleh Polisi Australia Barat.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dari lubuk hati—sebuah rasa syukur yang benar-benar datang dari dalam jiwa saya,” ujarnya.
“Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa saya meninggalkan mobil, padahal di sana ada air, makanan, dan pakaian,” tambah Wilga.
Dia menjelaskan bahwa dirinya “kehilangan kendali atas mobil dan terguling menuruni lereng”, sehingga kepalanya terbentur “dengan keras” saat kecelakaan terjadi.
“Akibat kecelakaan itu, saya keluar mobil dalam keadaan tidak sadar dan akhirnya tersesat,” imbuhnya.
“Dulu, saya tidak tahu di mana tempat saya di budaya yang sangat berbeda dari tempat asal saya. Tapi sekarang, saya merasa menjadi bagian darinya. Saya sangat terkesan dengan keberanian, keramahan, dan kehangatan yang ditunjukkan kepada saya di sini.”
“Australia Barat mengajari saya arti sesungguhnya dari menjadi bagian dari komunitas sejati. Di sini, kemanusiaan, solidaritas, dan kepedulian adalah hal yang paling penting—dan pada akhirnya, itulah yang benar-benar berarti.”
Ia ditemukan sedang berjalan tanpa alas kaki oleh pengendara bernama Tania Henley—yang disebut Wilga sebagai “penyelamat dan malaikatnya”—lebih dari 30 km dari tempat mobilnya ditinggalkan, di jalur terpencil sebelah utara Beacon.
Henley mengatakan kepada stasiun televisi ABC bahwa ia melihat Wilga melambaikan tangan di pinggir jalan dalam keadaan “sangat lemah”, mengalami kelelahan, dehidrasi, gigitan serangga, dan kaki yang terluka.
“Semua yang ada di hutan ini sangat tajam. Saya tidak percaya dia bisa selamat. Dia tidak memakai sepatu, hanya membalut kakinya,” kata Henley.
Sebelum diselamatkan, Wilga terakhir terlihat di sebuah toko di kota Beacon, Australia Barat, pada 29 Juni, masih menggunakan mobil van-nya.
“Saya yakin saya bisa selamat hanya karena dukungan yang begitu luar biasa ini,” ujarnya.
“Pikiran tentang semua orang yang percaya pada saya, mencari saya, dan terus berharap untuk saya, memberikan kekuatan untuk bertahan di saat-saat tergelap,” katanya lagi.
Penyelamatan ini terjadi karena “keberuntungan belaka”, ujar inspektur polisi sementara Jessica Securo dalam konferensi pers.