Unit Radwan Hezbollah ‘Tidak Siap’ untuk Melakukan Invasi Besar-besaran ke Israel

Pukulan Mematikan bagi Unit Radwan

Menurut data yang dikumpulkan oleh Alma Center, Unit Radwan dinilai tidak layak—setidaknya sementara—untuk melancarkan invasi besar-besaran ke Israel utara.

Sejak Hezbollah bergabung dalam perang Israel-Hamas hingga gencatan senjata pada 27 November 2024, mereka menerima "pukulan fatal," ungkap Tal Beeri, Kepala Departemen Riset di Alma Center untuk Studi Tantangan Keamanan di Utara, dalam analisis yang dirilis Rabu lalu.

Analisis berjudul "Unit Radwan: Penghancuran Anggotanya Ungkap Upaya Kembali ke Selatan Litani dan Membangun Kesiapan Operasional" berfokus pada operasi IDF melawan unit tersebut selama perang serta perilaku organisasi pasca-gencatan senjata.

Pukulan Dahsyat terhadap Unit Radwan

Beeri memperkirakan bahwa setelah serangan, Unit Radwan tidak mampu—setidaknya untuk sementara—melaksanakan misi utamanya, yaitu invasi besar-besaran ke Israel utara.

"Bahkan peluang invasi terbatas, misalnya ‘hanya’ puluhan atau ‘hanya’ ratusan personel, sangat kecil," tulisnya.

Sejak gencatan senjata, data Alma Center mencatat 108 anggota Hezbollah tewas berdasarkan sumber terbuka. Dari jumlah itu, 13 (sekitar 12%) berasal dari Unit Radwan.

Anggota Hezbollah menghadiri pemakaman Wissam Tawil, komandan pasukan elit Radwan, pada 9 Januari 2024. (REUTERS/AZIZ TAHER)

Kembalinya Unit Radwan ke Selatan Litani

Beeri mencatat bahwa persentase korban tinggi dibanding proporsi unit dalam total kekuatan militer Hezbollah. "Ke-13 personel Radwan yang tewas sejak gencatan senjata dieliminasi di selatan Sungai Litani (‘Area 1701’)," jelasnya.

"Kematian pertama yang dikonfirmasi dari Unit Radwan, berdasarkan sumber terbuka, terjadi pada 4 Maret 2025," tulis Beeri, menambahkan bahwa unit itu mulai kembali ke selatan Litani "tidak lebih dari tiga bulan setelah gencatan senjata dimulai."

"Tampaknya di bulan-bulan pertama pasca-gencatan, akibat kerusakan yang diderita, Unit Radwan menurunkan profilnya dan mungkin menjauh secara fisik dari Lebanon selatan, terutama area selatan Litani," paparnya.

MEMBACA  Gérard Depardieu Akan Hadapi Persidangan atas Tuduhan Pemerkosaan dan Pelecehan Seksual

Analisis ini merinci proses pembangunan kembali kekuatan yang sedang dijalankan unit tersebut, termasuk "memulihkan kehadiran di Lebanon selatan secara umum, dan khususnya di selatan Litani."

"Kehadiran dan aktivitas baru ini mulai terdeteksi oleh sensor intelijen Israel. Namun, sensor inteljen tidak sempurna, begitu pula upaya penangkalannya."

Beeri menunjukkan upaya berulang Unit Radwan untuk kembali beroperasi di Lebanon selatan, "sebagian besar secara tersembunyi."

"Sebagai bagian dari pembaruan rencana operasional, Unit Radwan fokus pada kesiapan melancarkan serangan teroris terarah terhadap kehadiran IDF di Lebanon selatan atau menyusup ke Israel," tambahnya.

"Dari laporan-laporan tentang eliminasi personel Radwan di Lebanon selatan, jelas bahwa unit ini ‘menghitung ulang strategi’ dan menyusun rencana baru agar siap dieksekusi."

Menurut Beeri, aksi ini bisa berupa "upaya penyusupan ke wilayah Israel menggunakan sel kecil, serangan terhadap pasukan IDF di Lebanon, dan sejenisnya."

Ia menekankan pentingnya mempertahankan kehadiran IDF di perbatasan, sambil menyatakan bahwa penempatan tentara Lebanon tidak memberikan efek pencegahan atau kendali yang nyata.

"Baru-baru ini dilaporkan bahwa tentara Lebanon ditempatkan di sekitar 80% area selatan Litani. Namun, tidak dapat disimpulkan bahwa mereka menguasai seluruh area tersebut," kata Beeri, meragukan kemampuan tentara Lebanon menghalangi Unit Radwan.

Beeri menutup dengan seruan untuk mempertahankan kapasitas keamanan di komunitas perbatasan.

"Di samping persiapan IDF di Lebanon selatan, kemampuan komunitas perbatasan untuk bertahan harus dijaga, termasuk kesiapan unit respons sebagai pertahanan terakhir jika sejumlah kecil teroris menyusup."