Umat Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Adha, salah satu hari raya terbesar dalam kalender Islam yang memperingati pengorbanan dan ketundukan kepada Tuhan.
Perayaan ini, yang berlangsung dari 6 hingga 9 Juni, menghormati kesediaan Nabi Ibrahim untuk menaati perintah Tuhan agar mengorbankan putranya yang tunggal, Ismail, mengabaikan bujukan setan agar tidak melakukannya.
Setan muncul di hadapan Ibrahim sebanyak tiga kali, namun sang nabi merespons dengan melempari batu hingga mengusirnya. Saat hendak membunuh putranya, Tuhan menghentikan tangannya dan menyelamatkan Ismail, memberikannya seekor domba sebagai gantinya.
“Hari Raya Kurban” secara tradisional ditandai dengan penyembelihan hewan, biasanya kambing, domba, sapi, atau unta, dengan dagingnya dibagikan kepada tetangga, keluarga, dan kaum dhuafa.
Awal perayaan ini bertepatan dengan rangkaian terakhir ibadah Haji tahunan, ziarah sekali seumur hidup ke kota suci Mekkah, Arab Saudi, yang dijalani oleh Muslim dewasa.
Untuk mengenang keteguhan Ibrahim melawan setan, jamaah haji melakukan simbolisasi “melempar batu ke setan” di kompleks Jamarat, Mina, dekat Mekkah.
Ritual lempar batu dilakukan di tiga titik yang konon menjadi tempat setan mencoba menggoda Ibrahim agar tidak taat pada Tuhan, diwakili oleh tiga dinding beton.
Para jamaah mengumpulkan kerikilnya semalam sebelumnya di Muzdalifah, area yang terletak beberapa kilometer dari Arafah, bukit di luar Mekkah dengan makna spiritual yang besar.
Pada Jumat, diperkirakan lebih dari 1,6 juta jamaah melempari setan, mengarahkan kerikil mereka ke dinding-dinding beton di Mina.
Bagi sebagian orang, ritual ini menjadi momen khidmat—penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Bagi yang lain, ini melambangkan kemenangan atas kejahatan.