Astudestra Ajengrastri (BBC Indonesia, Jakarta),
Rony Fauzan (BBC Indonesia, Sidoarjo), dan
Kelly Ng (Singapura)
Tonton: Tim Evakuasi Berupaya Menemukan Puluhan Korban Hilang Pascarobohnya Sekolah di Indonesia
Tim penyelamat berupaya keras mengevakuasi puluhan siswa dan pekerja dari bawah reruntuhan gedung sekolah yang roboh di Jawa Timur, Indonesia.
Tiga orang dikonfirmasi tewas dan 99 lainnya dirawat di rumah sakit, beberapa di antaranya dengan luka-luka kritis, menurut keterangan pejabat, Selasa (28/11). Dikhawatirkan jumlah korban tewas akan bertambah.
Sedikitnya 38 orang, kebanyakan remaja laki-laki, masih tertimbun di bawah Pondok Pesantren Al Khoziny di kota Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka sedang berkumpul untuk berdoa ketika gedung itu ambruk pada Senin (27/11).
Badan Penanggulangan Bencana menyatakan, bangunan dua lantai itu memiliki fondasi yang tidak stabil dan tidak mampu menahan beban dari pembangunan dua lantai tambahan.
Para santri perempuan yang sedang salat di bagian lain gedung berhasil menyelamatkan diri, menurut Associated Press.
Siswa di pesantren tersebut umumnya berusia antara 12 hingga 17 tahun.
Rekaman di media lokal memperlihatkan bagian gedung yang roboh itu benar-benar melesak ke dalam, dengan pelat-pelat beton besar yang menyembul keluar.
Suara tangisan dan teriakan masih terdengar dari reruntuhan, menurut pihak berwenang, sementara keluarga korban yang cemas bermalam di sekolah itu menunggu kabar tentang orang-orang tercinta mereka.
Puluhan petugas penyelamat telah bekerja sepanjang malam mencari korban selamat, namun operasi sempat ditangguhkan pada hari Selasa karena dikhawatirkan bangunan dapat runtuh lebih lanjut.
Struktur Bertumpuk Seperti Kue Panekuk
Pihak berwenang menyebut bangunan itu kini memiliki "struktur seperti panekuk, dengan lapisan-lapisan pelat beton yang hanya menyisakan rongga sempit," sehingga menyulitkan proses evakuasi.
Bangunan yang robuh telah mengambil "struktur tipe panekuk dengan lapisan pelat beton yang hanya menyisakan rongga sempit, kondisi tidak stabil, dan kemungkinan masih ada korban selamat yang terperangkap," ujar Mohammad Syafeii, Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan (Basarnas).
Lembaganya sedang mempersiapkan "operasi khusus" dan telah mengerahkan unit-unit dari berbagai daerah yang akan dilengkapi dengan alat "ekstrikasi khusus", katanya.
Syafeii juga menjelaskan dilema penggunaan alat berat, seperti crane dan ekskavator. Meski alat-alat itu membantu mengangkat pelat beton dan membuka akses, "pergeseran pelat beton juga dapat membahayakan jiwa korban selamat yang masih terperangkap di bawah reruntuhan," ujarnya.
Kisah Pilu Korban Selamat
Rosida, yang anaknya, Kaffa Ahmad Maulana, termasuk dalam daftar hilang, mengatakan ia telah menunggu kabar sejak Senin malam.
"Saya terakhir berbicara dengannya sehari sebelum kejadian, dan tidak ada yang aneh dalam percakapan kami," ujar wanita berusia 47 tahun itu. Salah satu anaknya yang lain, yang juga terdampak keruntuhan, sedang dirawat di rumah sakit.
Para siswa yang selamat dari insiden itu telah menceritakan pengalaman mengerikan mereka kepada media lokal.
Muhammad Rijalul Qoib, siswa kelas tujuh, mengatakan ratusan orang telah berkumpul untuk berdoa ketika mereka mendengar suara batu berjatuhan.
"Suaranya semakin keras dan keras," kata anak 13 tahun itu kepada detikJatim, seraya menambahkan bahwa ia segera lari ke luar.
Ia tertimpa puing-puing atap yang jatuh, namun berhasil memanjat keluar dari reruntuhan.
Siswa lain, Sofa, mengatakan kepada Kompas ia melihat siswa-siswa dengan "banyak luka-luka". "Ada juga yang tulangnya patah," katanya.
Pengasuh pesantren, KH Abdus Salam Mujib, meminta maaf kepada keluarga siswa pada hari Senin, dan menyebut insiden ini sebagai "takdir dari Tuhan". "Semoga Allah menggantikannya dengan yang lebih baik," ucapnya.
Bupati Kabupaten Sidoarjo menyatakan bahwa pihak pengelola sekolah tidak mengantongi izin untuk perluasan gedung.
Al Khoziny adalah pesantren tradisional di Indonesia.
Secara tradisional, pesantren berfokus pada studi Islam, seperti menghafal Al-Qur’an, belajar bahasa Arab, dan hukum Islam, tetapi banyak yang kini juga menawarkan pendidikan umum.
Tidak seperti sekolah reguler, pesantren berada di bawah otoritas Kementerian Agama Indonesia, bukan Kementerian Pendidikan.
Namun, pengawasan seringkali terbatas. Banyak pesantren beroperasi secara informal, tanpa regulasi yang kuat atau pemantauan yang konsisten.
Sektor konstruksi Indonesia memiliki catatan keselamatan yang buruk, dengan International Labour Organization menempatkannya di antara yang terburuk di dunia.
Awal bulan ini, setidaknya empat orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka ketika sebuah gedung tempat orang berkumpul untuk pengajian runtuh secara tiba-tiba di Jawa Barat.