Larangan yang tiba-tiba dan cepat dibatalkan terhadap wig, sambungan rambut, serta produk pencerah kulit di teater ikonis di ibu kota Senegal, Dakar, telah memicu protes publik yang meluas—membongkar ketegangan mendalam seputar identitas, politik gender, dan nasionalisme budaya di negara Afrika Barat ini.
Memo internal tersebut dicap oleh kementerian kebudayaan nasional dan dikeluarkan pada Senin oleh Serigne Fall Guèye, direktur Grand Théâtre de Dakar.
Dia menyatakan langkah ini bertujuan "mempromosikan nilai-nilai Pan-Afrika" dan melindungi citra budaya institusi.
Namun, kritikus menuduh Guèye mengatur tubuh perempuan di balik dalih kebanggaan budaya, dan larangan itu dibatalkan keesokan harinya.
Kelompok feminis dan pemimpin masyarakat sipil menyatakan memo itu mencerminkan kekhawatiran lebih luas soal kesenjangan gender di Senegal, terutama mengingat sedikitnya perempuan di pemerintahan Presiden Bassirou Diomaye Faye—hanya 4 dari 25 menteri—serta dihapusnya Kementerian Perempuan.
Banyak pengguna media sosial mengkritik larangan tersebut sebagai seksis, invasif, dan paternalistik.
Kontroversi ini semakin rumit oleh latar belakang politik Serigne Fall Guèye sendiri. Sebelum ditunjuk memimpin Grand Théâtre awal 2024, Guèye adalah tokoh terkemuka di Pastef—partai berkuasa yang dikenal dengan retorika anti-kolonial dan Pan-Afrikannya.
Saat itu, dia memimpin komisi seni dan budaya partai, memperjuangkan kembalinya apa yang disebutnya "nilai-nilai Afrika yang autentik."
Para kritikus khawatir ideologi pribadi Guèye kini memengaruhi entitas publik yang seharusnya netral.
"Ini bukan soal wig atau kulit," kata analis politik Fatoumata Ba kepada BBC. "Ini soal permainan kekuasaan yang lebih luas—menggunakan institusi negara untuk memaksakan versi tertentu dari identitas, sambil membungkam atau mengesampingkan siapa pun yang tidak sesuai."
Salah satu tanggapan yang paling banyak dibagikan datang dari Henriette Niang Kandé, analis feminis dan intelektual publik, yang mempertanyakan logika dan tujuan larangan itu dalam unggahan viral, dengan berkata:
"Untuk sambungan rambut dan wig, apa perlu kita ingatkan sutradara ini bahwa itu pilihan estetika, kadang karena ekonomi, sering karena kepraktisan? Apa kita juga melarang pria mencukur kepala untuk menyembunyikan kebotakan? Memakai kerah palsu untuk memanjangkan leher?"
Pendukung larangan yang kini dibatalkan—walau minoritas—berargumen bahwa niat direktur itu berakar pada kebanggaan budaya, bukan penindasan. Guèye sendiri membela memo itu sebagai bagian dari misi "memulihkan martabat dan identitas Afrika," khususnya di sektor seni, yang menurutnya terlalu dipengaruhi standar kecantikan Eropa.
Namun, kritikus menyatakan kebijakan seperti ini menyederhanakan kebanggaan budaya sekadar penampilan fisik—sambil mengabaikan masalah sistemik yang lebih dalam.
"Jika benar-benar ingin menegaskan identitas Afrika," sosiolog Mame Diarra Thiam mengatakan kepada BBC, "mulailah dengan bahasa, pendidikan, keadilan ekonomi—bukan melarang sambungan rambut dan krim pencerah."
Pada Selasa, menghadapi tekanan yang kian besar, Serigne Fall Guèye terpaksa mencabut larangan, menyebutnya sebagai kesalahpahaman publik dan menegaskan komitmennya pada misi teater. Namun, kerusakan telah terjadi.
Ini mengungkap ketidakpuasan yang tumbuh terhadap pendiri Pastef dan Perdana Menteri Ousmane Sonko di kalangan pemuda perkotaan dan masyarakat sipil progresif, yang mendukungnya di pemilu 2024 tapi kini merasa dikhianati oleh konservatisme dan sentralisasi kekuasaan pemerintahannya.
Pada intinya, larangan wig dan pencerah kulit di Grand Théâtre bukan sekadar soal estetika—tapi soal siapa yang berhak mendefinisikan keaslian budaya, dan dengan harga apa.
Di negara di mana produk pencerah kulit tetap populer meski berisiko kesehatan, dan penampilan perempuan sering menjadi sasaran pengawasan moral, debat ini jauh dari sekadar hal permukaan. Ini menyentuh identitas pascakolonial, ketimpangan gender, kebutuhan ekonomi, dan kebebasan pribadi.
Untuk saat ini, larangan telah hilang—tapi debat lebih luas yang dipicunya tetap hidup.