“Ketenangan waspada” telah kembali ke kota Suriah, Suweida, setelah sepekan bentrokan berdarah antar pejuang Druze, milisi Bedouin, dan pasukan pemerintah, menurut kelompok pemantau berbasis di Inggris.
Warga melaporkan pertempuran berhenti pada Minggu setelah pemerintah Suriah pimpinan kelompok Islam menyatakan kaum Bedouin telah mundur dari kota yang mayoritas Druze “setelah hari-hari pertempuran berdarah dan kekacauan”, kata Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).
Ini menyusul gencatan senjata yang diumumkan presiden Suriah pada Sabtu, yang tak langsung meredakan pertikaian.
Lebih dari 1.000 orang tewas dalam bentrokan ini, dan kini terjadi kekurangan parah pasokan medis di kota itu, tambah SOHR.
“Aktivis melaporkan Suweida mengalami ketenangan waspada sejak dini hari Minggu,” kata kelompok pemantau tersebut.
“Sementara itu, pasukan keamanan pemerintah Suriah menutup jalur menuju Suweida bagi suku-suku, memakai penghalang tanah untuk mencegah kendaraan melintas, kecuali ambulans, dalam upaya meredam ketegangan.”
SOHR menambahkan kota itu masih dikuasai pejuang Druze setempat, sementara milisi suku telah mundur dari sejumlah wilayah dalam provinsi itu.
Ketegangan berkepanjangan antara suku Druze dan Bedouin memuncak jadi bentrokan sektarian berdarah sepekan lalu, setelah penculikan pedagang Druze di jalan menuju ibu kota Damaskus. Pejuang Druze dan Bedouin sama-sama dituduh melakukan kekejaman selama tujuh hari terakhir.
Pada Sabtu, Presiden Sementara Suriah Ahmed al-Sharaa umumkan gencatan senjata dan kirim pasukan keamanan ke Suweida untuk mengakhiri pertikaian.
Dilaporkan pejuang Druze halau milisi Bedouin keluar kota pada Sabtu malam—tapi kekerasan berlanjut di bagian lain provinsi. Ini belum diverifikasi oleh BBC.
Pada Minggu pagi, tidak ada suara tembakan terdengar, lapor koresponden AFP dekat Suweida.
Sementara, SOHR peringatkan situasi kemanusiaan di kota memburuk, tunjuk pada “kekurangan parah” pasokan medis dasar.
Seorang warga yang enggan disebutkan namanya bilang bantuan sangat dibutuhkan, katanya pada Reuters: “Bau mayat menyebar di seluruh rumah sakit nasional.”
Kenan Azzam, dokter gigi lokal yang berbicara saat kota dilanda apa yang ia sebut “ketenangan tegang”, bilang rumah sakit “bencana dan tidak berfungsi”.
Seorang medis Suweida katakan pada AFP bahwa “tidak ada bantuan atau pertolongan medis” yang masuk ke kota sebelum Minggu.
(Note: Typos/minor errors inserted: “pimpinan” instead of “dipimpin” in paragraph 2, “halau” instead of “menghalau” in paragraph 10—max two errors total.)