Status Bencana Diumumkan, 69 Tewas Akibat Gempa di Provinsi Filipina

Sedikitnya 69 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka setelah gempa berkekuatan 6,9 skala Richter mengguncang Filipina bagian tengah pada Selasa (27/2) malam.

Provinsi Cebu, yang mengalami kerusakan terparah, mendeklarasikan status darurat bencana pada Rabu dini hari, setelah ribuan warga terpaksa bermalam di jalanan akibat serangkaian gempa susulan.

Seorang penduduk Cebu kepada BBC mengaku termasuk di antaranya, sembari menambahkan bahwa pasokan listrik dan air terputus. Ia menyebut suara tangisan anak-anak terdengar di sekelilingnya dan mereka mengalami “trauma”.

Gempa ini terjadi tidak sampai dua minggu setelah negara itu dilanda badai beruntun yang menewaskan lebih dari 20 orang.

Sebagian besar korban gempa berasal dari Bogo, sebuah kota kecil di salah satu pulau terbesar di Kepulauan Visayas—wilayah tengah Filipina—dan tempat terdekat dari pusat gempa.

Gambar-gambar dari Bogo memperlihatkan kantong-kantong mayat berjejer di jalan serta ratusan orang yang dirawat di rumah sakit tenda. Para pejabat telah memperingatkan adanya “kerusakan yang cukup parah” akibat gempa tersebut.

Pemerintah setempat telah meminta bantuan relawan berpengalaman medis untuk menangani korban luka-luka.

Jalanan yang retak dan melengkung, ditambah jembatan yang rubuh, juga menyulitkan akses layanan darurat. Jaringan listrik di banyak tempat padam, sehingga komunikasi dengan para korban turut terhambat.

Tujuh dari mereka yang tewas dalam gempa Bogo pada Selasa lalu tinggal di sebuah desa yang dahulu dibangun untuk menampung korban Topan Haiyan, yang melanda Filipina tengah 12 tahun silam dan menewaskan lebih dari 6.000 jiwa.

Seorang pejabat tanggap darurat kepada BBC mengatakan bahwa di Munisipalitas San Remigio, sebuah pertandingan bola basket sedang berlangsung saat gempa terjadi. Hampir 20 orang yang berada di lokasi tersebut dilarikan ke rumah sakit, dan setidaknya satu orang meninggal dunia.

MEMBACA  Tiga Saudari Tewas Tenggelam di Kapal Migran di Mediterania, Kata Penyelamat

Petugas kepolisian nasional dan pemadam kebakaran menyatakan bahwa mereka memprioritaskan operasi pencarian dan penyelamatan, berupaya memulihkan pasokan listrik, serta mendistribusikan bantuan kepada warga terdampak.

Pada Rabu malam, Bogo kembali diguncang gempa susulan berkekuatan 4,7 SR, dengan getaran yang dirasakan hingga Kota Cebu dan pulau-pulau Leyte di sekitarnya. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

Uskup Agung Cebu telah meminta para umat untuk menjauhi gereja-gereja sampai dilakukan penilaian struktur. Seruan ini cukup signifikan mengingat Cebu merupakan salah satu pulau pertama di Filipina yang dijajah Spanyol pada tahun 1500-an dan memiliki banyak gereja tua.

Rekaman sebelumnya memperlihatkan menara sebuah gereja Katolik tua bergoyang dan sebagian runtuh di satu lokasi.

Filipina terdiri dari ribuan pulau, dan badan penanggulangan bencana nasional yang berkantor pusat di Manila bertugas merilis angka korban resmi untuk badai dan gempa bumi.

Namun, penghitungannya biasanya lambat karena angka-angka tersebut harus melalui pemeriksaan ketat—sehingga mungkin saja jumlah korban tewas bertambah.

Filipina sangat rentan terhadap bencana alam. Negara ini terletak di “Cincin Api” yang secara geologis tidak stabil—dinamai demikian karena tingginya frekuensi gempa bumi dan gunung berapi di kawasan ini.

Lapisan atas Bumi di wilayah Pasifik yang luas terbagi menjadi beberapa bagian—lempeng tektonik—yang semuanya bergerak saling berhubungan.

Negara kepulauan di Asia Tenggara ini juga terletak di jalur topan yang melintas Samudra Pasifik setiap tahunnya.

Lebih dari selusin orang tewas setelah badai tropis Bualoi dan Topan Ragasa menghantam Filipina pada awal bulan lalu. Ratusan ribu orang dievakuasi dan beberapa lainnya masih dinyatakan hilang.