Setidaknya 14 Tewas Akibat Serangan Bom Rusia di Ukraina

Setidaknya 14 orang tewas dalam serangkaian serangan udara Rusia di Ukraina, menurut otoritas pada Senin, saat serangan rudal dan drone menyasar beberapa kota termasuk ibukota, Kyiv.

Pejabat Kyiv mengatakan sembilan orang meninggal dan 33 luka-luka dalam serangan malam hari di ibukota Ukraina. Wali Kota Vitali Klitschko menyatakan korban terjadi akibat serangan terhadap bangunan perumahan. Menteri Dalam Negeri Ukraina Ihor Klymenko menyebut serangan ini melibatkan rudal berat dan drone.

Otoritas melaporkan satu orang tewas di wilayah Kyiv yang lebih luas dan dua lainnya di wilayah Chernihiv utara, di mana 10 orang lagi terluka dalam serangan terkait.

Di Ukraina selatan, setidaknya dua orang tewas dalam serangan rudal Rusia, lapor Presiden Volodymyr Zelensky di kanal Telegramnya.

Sebuah rudal balistik menghantam sekolah menengah yang sebagian besar kosong di kota Bilhorod-Dnistrovskyi selama libur sekolah, kata Zelensky. Sekitar belasan orang terluka dalam serangan di kota yang terletak di muara Dniester, wilayah Odessa ini.

Zelensky menyerukan tekanan internasional yang lebih kuat pada Rusia melalui sanksi lebih ketat. “Jika Rusia tidak bisa dipaksa berdamai, perlindungan sekolah, rumah sakit, dan rumah warga di negara Eropa lain harus dipertimbangkan,” ujarnya.

Ukraina telah melawan invasi skala penuh Rusia sejak Februari 2022 dengan dukungan Barat.

Sebelumnya, Zelensky menuduh Rusia bertindak demi kepentingan sendiri, menulis di X bahwa Moskow “secara performatif” mengutuk serangan AS ke situs nuklir Iran akhir pekan lalu.

“Hari ini, Moskow diam setelah tentara Rusia melancarkan serangan sangat sinis menggunakan drone Shahed Rusia-Iran dan rudal terhadap infrastruktur sipil di Kyiv serta kota dan komunitas kami,” tulisnya.

Pemadam kebakaran bekerja di lokasi gedung apartemen yang terkena serangan drone dan rudal Rusia, di tengah serangan Rusia ke Ukraina. Svet Jacqueline/ZUMA Press Wire/dpa

MEMBACA  Ruble Rusia Melonjak ke Level Tertinggi dalam Dua Tahun, Dolar AS Melemah