Hind Hassan menelaah prospek perlombaan senjata nuklir baru, perusahaan-perusahaan yang turut menyulutnya, serta bahaya yang ditimbulkannya.
Delapan puluh tahun setelah satu-satunya kali senjata nuklir digunakan—yaitu pengeboman Hiroshima dan Nagasaki oleh AS pada Agustus 1945—risiko terulangnya hal yang tak terbayangkan itu kini lebih besar dari sebelumnya.
Kekuatan nuklir terbesar dunia—Rusia dan Amerika Serikat—sedang berada di titik terdekat menuju konflik sejak puncak Perang Dingin.
Sembari mereka meningkatkan kemampuan nuklirnya, bahkan berbicara terbuka tentang penggunaanya, semua tanda mengarah pada dimulainya perlombaan senjata nuklir kedua.
Hanya saja kali ini, bukan cuma dua pemain, tapi tiga: Tiongkok, yang dulu hanya anggota kecil klub nuklir, kini memperluas arsenalnya lebih cepat dibanding negara manapun.