Abdujalil Abdurasulov
BBC News di Kyiv
Tim Jurnalisme Visual BBC
Kementerian Pertahanan Rusia
Rusia telah mencoba membuka front ketiga di Ukraina timur.
Sementara serangan drone dan rudal Rusia terhadap Ukraina semalam mencapai rekor tertinggi, di lapangan, militernya mengklaim perolehan teritorial.
Bulan lalu, pasukan Rusia merebut 556 km² (215 mil²), pendudukan terbesar mereka tahun ini, menurut situs pemantau DeepState di Ukraina. Luas itu setara empat kali ukuran Liverpool atau hampir sebesar kota Chicago.
Tujuan Rusia adalah memotong jalur pasukan Ukraina di timur dan menciptakan zona penyangga di perbatasan utara Ukraina. Namun, kemajuannya tetap lambat. Dengan kecepatan ini, butuh lebih dari 70 tahun untuk menguasai seluruh negara.
Sebagian besar serangan Rusia terfokus pada tiga area:
- Wilayah Sumy yang berbatasan dengan Rusia di timur laut
- Dua kota timur, Pokrovsk dan Kostyantynivka
- Front ketiga, di barat Pokrovsk
Pasukan Rusia berhasil mendesak sekitar 10–12 km ke dalam wilayah Sumy, tapi terhenti oleh perlawanan sengit.
Vladimir Putin menyatakan ingin membuat zona penyangga untuk melindungi wilayah Rusia, setelah pasukan Ukraina merebut sebagian wilayah Kursk musim panas lalu. Pasukan Rusia akhirnya mengusir mereka dengan bantuan tentara dan amunisi Korea Utara.
Mereka lalu memasuki Ukraina, tetapi terjebak dalam pertempuran memperebutkan desa-desa perbatasan yang hingga kini masih berganti tangan. Tanpa bala bantuan besar, kecil kemungkinan Rusia bisa maju lebih jauh di sini.
Wilayah utara lain yang dilaporkan diserbu Rusia adalah Kharkiv. Minggu lalu, mereka mengklaim merebut sebuah desa perbatasan, tapi tanpa sumber daya memadai, kemajuan lebih jauh sulit tercapai.
Pengamat militer percaya operasi ini bertujuan memaksa Ukraina menyebarkan pasukan terlalu tipis di sepanjang garis depan 1.200 km, sehingga mereka menarik pasukan dari area kunci.
Salah satunya adalah Pokrovsk, pusat strategis di timur Ukraina yang sudah dicoba direbut Moskow selama lebih dari dua tahun. Menurut panglima Ukraina Jenderal Oleksandr Syrskyi, Rusia memusatkan sekitar 111.000 tentara di sana.
Letnan Artem Pribylnov dari Brigade 155 Ukraina di dekat Pokrovsk mengatakan, Rusia jarang melancarkan serangan besar-besaran. Gerakan pasukan dan kendaraan lapis baja akan cepat terdeteksi dan dihancurkan drone. Sebaliknya, mereka mengandalkan kelompok kecil infanteri yang terus-menerus menyerbu posisi Ukraina, kadang dengan motor tapi lebih sering berjalan kaki.
Serangan "merayap" ini bertujuan menguras sumber daya Kyiv hingga gelombang pasukan Rusia akhirnya mendesak Ukraina keluar dari posisi mereka. Namun, harganya sangat mahal.
Staf umum Ukraina menyatakan korban Rusia mencapai lebih dari 1.000 tentara per hari. BBC tidak dapat memverifikasi angka ini secara independen, tapi ini menunjukkan kerugian besar Rusia.
Tujuan Rusia di timur Ukraina tampaknya menciptakan "kawah", mengepung pasukan Ukraina di sekitar Pokrovsk dan Kostyantynivka, lalu memaksa mereka mundur.
Mayor Viktor Trehubov, juru bicara grup operasi-strategis Khortytsya, mengatakan pasukan Rusia kini berusaha menyusup di antara kedua kota ini untuk membuat "titik pijak guna menyerang Pokrovsk atau Kostyantynivka".
Terobosan di sini dianggap tidak mungkin. Kemajuan Rusia antara Kostyantynivka dan Pokrovsk sudah melambat, dan upaya sebelumnya dari sisi lain telah gagal.
Keberhasilan terbesar Rusia beberapa pekan terakhir adalah di barat Pokrovsk, di area yang disebut militer Ukraina sebagai arah Novopavlivske. Pengamat militer Kostyantyn Mashovets mengatakan operasi Moskow di sana paling mengancam karena pertahanan Ukraina "runtuh", memungkinkan Rusia maju hingga 10 km per hari.
Gerakan mereka begitu cepat hingga blogger militer Rusia mengklaim pasukannya mencapai wilayah Dnipropetrovsk untuk pertama kali sejak invasi. Namun, pejabat militer Ukraina membantahnya, menyatakan sekelompok kecil tentara Rusia masuk ke sebuah desa di Dnipropetrovsk untuk berfoto dengan bendera Rusia tapi cepat "dilenyapkan".
Mayor Trehubov berargumen area ini tidak memberi keuntungan strategis bagi Rusia, dan serangan mereka lebih didorong tujuan politik. Maju lebih jauh ke Dnipropetrovsk mungkin berguna untuk propaganda, tapi membutuhkan sumber daya lebih besar yang kini terkonsentrasi di Pokrovsk dan Kostyantynivka.
Pasukan Ukraina menghadapi tekanan meningkat di garis depan karena Rusia terus berusaha memutus jalur pasokan dengan serangan drone.
"Rute yang kami gunakan dua bulan lalu sekarang tidak bisa dipakai, siang atau malam," kata Sersan Mayor Viktor Pyasetskyi dari Brigade 93 Ukraina di dekat Kostyantynivka.
Akibatnya, pengiriman makanan dan amunisi, evakuasi korban, serta rotasi pasukan di garis depan menjadi sangat rumit dan lambat.
Drone Rusia seperti Gerbera bisa terbang ratusan kilometer ke tempat yang sebelumnya dianggap relatif aman. Tujuannya bukan hanya menghancurkan garis pertahanan, tapi juga "meneror penduduk", kata Sersan Mayor Pyasetskiy. "Mereka secara sistematis menghancurkan bangunan sipil untuk merusak moral dan melemahkan keyakinan kami pada kemampuan Ukraina menghentikan Rusia."
Saat dia berbicara, suara drone mengganggu. Tak lama kemudian, dilaporkan sebuah apartemen terkena serangan. Belakangan dikonfirmasi sersan mayor itu selamat.