Serangan Mematikan Guncang Beersheba, Israel

Alice Cuddy
Melaporkan dari Beersheba, Israel selatan

EPA

Tak lama sebelum gencatan senjata antara Iran dan Israel mulai berlaku, warga di kota Beersheba, Israel selatan, dibangunkan lebih awal pada Selasa oleh suara alarm misil di ponsel mereka.

"Extreme alert," begitu bunyi pesannya, memperingatkan serangan yang bakal terjadi. Tak lama kemudian, sirene pun berbunyi di jalan-jalan.

Seperti warga lain, Merav Manay dan keluarganya langsung berlari ke safe room—ruang aman di apartemen mereka yang terbuat dari beton bertulang dengan pintu logam tebal, didesain untuk melindungi dari serangan roket.

Saat misil Iran menghantam, mereka merasakan gedung berguncang dan langsung melindungi kepala dengan tangan.

"Ini sangat keras sampai kami kira ini sudah akhir," katanya.

EPA

Saat mereka keluar, jendela di depan apartemen mereka sudah pecah berantakan di lantai akibat ledakan misil. Namun, mereka selamat.

Merav tetap di dalam apartemen selama beberapa jam, takut dengan apa yang akan dilihatnya di luar.

Tepat di seberang jalan, sebuah blok apartemen yang mirip dengan miliknya terkena serangan langsung dan sebagian roboh.

Empat orang tewas di sana. Juru bicara Komando Garda Depan Selatan mengatakan kepada BBC bahwa mereka juga berada di dalam safe room saat gedung mereka terkena serangan langsung.

Setelah serangan, tenaga medis dan personel militer Israel bergegas ke Beersheba untuk menyelamatkan korban dan mengumpulkan jenazah. Relawan dan warga lokal menyapu pecahan kaca dari jalanan.

"Kuharap ini yang terakhir," kata seorang pria kepada BBC sambil melihat kerusakan.

EPA

Israel dan Iran mengonfirmasi setelah serangan di Beersheba bahwa mereka telah menyepakati gencatan senjata, tapi kemudian saling tuduh melanggarnya.

MEMBACA  AS Sebut Iran Akan Melancarkan Serangan Rudal Balistik ke Israel

Sementara warga Beersheba berusaha menghadapi trauma dan kerusakan di komunitas mereka, mereka juga mempertanyakan apakah gencatan senjata yang rapuh ini akan bertahan.

Pada Selasa sore, Oren Cohen (45) berdiri di antara puing di tamannya, dengan blok apartemen yang terkena serangan terlihat jelas. Ia mengaku tak sanggup melihatnya.

"Aku khawatir dengan anak-anakku, jadi baru sekarang aku menyadari apa yang terjadi di sini," katanya.

Oren sedang bersama istri dan tiga anaknya (8, 12, dan 15 tahun) saat serangan terjadi. Ia mengatakan jendela yang diperkuat langsung terbuka akibat ledakan.

Saat ia berbicara, sekelompok relawan berbaju vest fluoresen tiba untuk membantu pembersihan.

Meski terdampak langsung, Oren mengatakan ia mendukung serangan Israel ke Iran yang memicu konflik 12 hari ini.

"Menurutku, kita tidak punya pilihan lain," katanya. "Kita lakukan apa yang harus dilakukan untuk melindungi diri."

Ia mengaku tidak tahu apakah bisa "percaya" pada gencatan senjata, tapi yakin pemerintah Israel tahu kapa tujuan mereka tercapai.

Saat Merav keluar rumah untuk pertama kalinya pada Selasa dan menilai kerusakan di sekitarnya, ia juga mengatakan Israel tak punya pilihan selain menyerang Iran.

"Ini akan terjadi cepat atau lambat. Kami sudah siap," ujarnya.