Sedikitnya 120 orang telah tewas dalam serangan militer Israel di Jalur Gaza sejak Kamis malam, menurut laporan Palestina pada Jumat. Para medis Palestina mengatakan sekitar 25 orang tewas di Gaza utara, dengan tambahan 20 korban di kamp pengungsi Nuseirat di wilayah tengah. Sumber pertahanan sipil juga melaporkan 75 kematian di Beit Lahia, sebuah kota di Gaza utara. Angka-angka tersebut tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil dan tidak dapat diverifikasi secara independen. Pasukan Pertahanan Israel (IDF), ketika dihubungi, menyatakan bahwa mereka memerlukan koordinat geografis yang tepat dari serangan untuk memberikan komentar lebih lanjut. Detil seperti itu jarang tersedia karena kerusakan yang luas. Konflik Gaza dimulai pada 7 Oktober tahun lalu ketika penyerang dari gerakan Islamis militan Palestina Hamas dan kelompok ekstremis lainnya yang berbasis di Gaza melakukan pembantaian di Israel selatan, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. Sedikitnya 44.000 orang telah tewas di Gaza sejak perang dimulai, menurut otoritas kesehatan yang dikendalikan oleh Hamas. Penembak di Tepi Barat melukai empat tentara IDF Di Tepi Barat, seorang penembak membuka api pada sebuah bus di pertemuan Gitti Avisar dekat pemukiman Israel, melukai ringan empat tentara IDF dan menyebabkan kerusakan, kata tentara. IDF mengatakan mereka “mengeliminasi teroris di tempat kejadian,” sementara sayap militer Hamas mengatakan penyerang adalah anggota Hamas. Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah melaporkan bahwa seorang pria Palestina tewas. Palestina telah melakukan serangan lebih banyak di Israel dan Tepi Barat yang diduduki untuk waktu yang lama. Di saat yang sama, terjadi peningkatan tajam dalam kekerasan oleh pemukim terhadap warga Palestina di Tepi Barat. Palestina menunggu di sebuah checkpoint di selatan kota Nablus di Tepi Barat, setelah pasukan pendudukan Israel menutup semua checkpoint menyusul serangan penembakan di sebuah bus Israel di persimpangan dekat pemukiman Yahudi Ariel, melukai beberapa pemukim Yahudi. Nasser Ishtayeh/SOPA Gambar melalui ZUMA Press Wire/dpa