Sedikitnya 38 Tewas dalam Serangan Gereja di Timur DR Kongo

Serangan di Kota Komanda diduga dilakukan oleh pemberontak ADF dengan senjata api dan parang.

Setidaknya 38 orang tewas dan 15 lainnya luka-luka dalam serangan terhadap sebuah gereja di Republik Demokratik Kongo (DRC) timur.

Serangan ini, yang diduga dilakukan oleh anggota Allied Democratic Forces (ADF) bersenjatakan senjata api dan parang, terjadi di gereja di Kota Komanda, Provinsi Ituri, dini hari Minggu.

ADF, yang memiliki hubungan dengan ISIL (ISIS), adalah kelompok pemberontak yang beroperasi di perbatasan Uganda dan DRC, serta kerap melakukan serangan terhadap penduduk sipil.

Beberapa rumah dan toko juga dibakar, sementara banyak orang masih hilang setelah serangan ini terjadi saat umat Katolik sedang mengikuti doa malam di gereja yang dikelola oleh badan amal Caritas.

"Para pemberontak terutama menargetkan orang Kristen yang bermalam di gereja Katolik," kata Christophe Munyanderu, aktivis HAM yang ada di lokasi kejadian di Komanda. "Sayangnya, mereka dibunuh dengan parang atau peluru."

Radio Okapi DRC melaporkan korban tewas mencapai 43 orang dan menyalahkan ADF. "Lebih dari 20 korban tewas oleh senjata tajam saat doa malam di gereja," kata radio tersebut. "Mayat lainnya ditemukan di rumah-rumah yang terbakar di sekitarnya."

"Yang kami ketahui pagi ini adalah ada serbuan oleh pria bersenjata parang ke gereja tak jauh dari Komanda," ujar juru bicara militer DRC Jules Ngongo.

Seorang pemimpin masyarakat sipil mengatakan kepada The Associated Press bahwa orang-orang ditembak mati di dalam dan luar gereja, serta menemukan minimal tiga mayat hangus.

"Namun pencarian [mayat] masih berlanjut," kata Dieudonne Duranthabo, koordinator masyarakat sipil di Komanda, kepada AP.

"Kami sangat kecewa karena sulit dipercaya situasi seperti ini terjadi di kota di mana semua petugas keamanan hadir," tambah Duranthabo, menyebut beberapa orang melarikan diri ke Kota Bunia.

MEMBACA  Setidaknya 85 tewas dalam serangan Israel baru di Gaza, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas

"Kami menuntut intervensi militer secepatnya, karena kami diberitahu musih masih dekat kota kami."

Misi Stabilisasi PBB di DRC mengecam kembalinya kekerasan di Ituri. Awal bulan ini, ADF membantai puluhan orang di provinsi tersebut dalam apa yang disebut juru bicara PBB sebagai "pembantaian."

ADF dibentuk oleh kelompok-kelompok kecil di Uganda pada akhir 1990-an karena ketidakpuasan terhadap Presiden Yoweri Museveni.

Pada 2002, setelah serangan militer pasukan Uganda, kelompok ini pindah ke DRC dan sejak itu bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan warga sipil. Pada 2019, mereka bersumpah setia pada ISIL.

Pimpinan ADF menyatakan berjuang untuk mendirikan pemerintahan keras di Afrika Timur.

Militer DRC lama kesulitan melawan kelompok ini, dan kini menghadapi serangkaian serangan rumit sejak permusuhan baru dengan pemberontak M23 yang didukung Rwanda.