Sekolah-sekolah ditutup dan desa-desa tersapu saat Pakistan bergulat dengan kehancuran akibat muson.
Sedikitnya 21 orang tewas dalam insiden terkait hujan muson di Pakistan, menurut pihak berwajib, mendorong total korban jiwa nasional selama seminggu terakhir melampaui 400 orang seiring banjir dan tanah longsor terus melanda sebagian besar wilayah negara itu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan pada Rabu bahwa 11 orang tewas di Gilgit-Baltistan di utara dan 10 lainnya meninggal di Karachi, pusat keuangan Pakistan, di mana hujan deras memicu kasus tersetrum listrik dan runtuhnya rumah-rumah.
Sekolah-sekolah di Karachi, kota dengan lebih dari 20 juta penduduk, tetap ditutup karena para peramal cuaca memperingatkan akan datangnya hujan deras hingga Sabtu. Kepala meteorolog provinsi Sindh, Amir Hyder Laghari, menyalahkan “infrastruktur yang lemah” atas banjir parah di daerah perkotaan.
Pipa dan saluran pembuangan kota yang sudah tua kesulitan menangani banjir besar ini, menyisakan seluruh permukiman terendam. Para penduduk terlihat menyendoki air keruh dari rumah mereka sementara pemadaman listrik dan telepon memperparah gangguan yang terjadi.
Orang-orang menyusuri jalan yang tergenang banjir setelah hujan muson di Karachi, Pakistan, pada 19 Agustus 2025 [Arsip: Imran Ali/Reuters]
Pejabat provinsi melaporkan 40 hingga 50 rumah rusak di dua distrik. “Perioda hujan lainnya diperkirakan akan dimulai menjelang akhir bulan,” kata ketua BNPB Inam Haider Malik.
Provinsi utara Khyber Pakhtunkhwa menjadi yang paling terdampak, dengan lebih dari 350 orang tewas sejak Kamis lalu. Pihak berwajib dan unit tentara sedang mencari puluhan warga desa yang hilang di daerah-daerah yang dilanda banjir bandang dan tanah longsor. Ekskavator telah dikerahkan untuk membersihkan puing yang menyumbat sungai dan sistem drainase.
“Kami telah mendirikan kamp-kamp bantuan di mana kami memberikan bantuan medis. Kami juga memberikan ransum kering dan tenda kepada semua orang,” kata Kolonel Tentara Irfan Afridi kepada kantor berita AFP di distrik Buner, di mana lebih dari 220 orang telah tewas dalam beberapa hari terakhir.
“Anak-anak ketakutan. Mereka berkata kami tidak bisa tidur di malam hari karena takut,” ujar Anjum Anwar, seorang pekerja medis di kamp bantuan. “Banjir … telah menghancurkan seluruh permukiman kami.”
Musim muson, yang berlangsung dari Juni hingga September, seringkali membawa kehancuran ke wilayah pegunungan utara Pakistan dan selatan yang rawan banjir. Pihak berwajib memperingatkan bahwa hujan saat ini mungkin berlangsung hingga pertengahan September.
Hampir 750 orang telah meninggal sejak muson tahun ini dimulai, kata para pejabat. Pakistan, salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim, telah menghadapi cuaca ekstrem yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, banjir muson menenggelamkan sepertiga negara, menewaskan sekitar 1.700 orang.