Sudah tiga tahun sejak Taliban mengambil alih Kabul dan sebagian besar Afghanistan.
Pada 15 Agustus 2021, kelompok tersebut merebut kekuasaan setelah penarikan pasukan militer barat.
Sejak itu, hak-hak perempuan dan gadis-gadis untuk bekerja, belajar, dan keluar ke luar telah dibatasi.
Bagi Zarifa Asghari, yang melarikan diri dari negara itu, Irlandia Utara telah menjadi tempat yang aman dan penuh peluang.
Zarifa baru berusia 17 tahun ketika dia membuat keputusan untuk meninggalkan negara asalnya beberapa bulan setelah Taliban berkuasa.
Di Afghanistan, perempuan dilarang bersekolah setelah usia 11 tahun.
Zarifa, yang bermimpi untuk belajar kedokteran atau politik di universitas, merasa tidak ada masa depan baginya di Afghanistan.
Anggota Taliban berjaga di jalan pada September 2021 [EPA]
\”Orang-orang sangat ketakutan,\” katanya kepada program Good Morning Ulster BBC News NI.
\”Polisi mengontrol bandara dan tidak membiarkan orang masuk. Rasanya seperti adegan menakutkan dari film, tapi itu kenyataan.
\”Kami pergi tengah malam.
\”Kami seharusnya menyeberangi perbatasan pada malam pertama, tapi tidak bisa karena Taliban ada di sana.\”
Zarifa, bersama sekitar sebelas orang lain yang melarikan diri dari negara itu, berjalan berjam-jam melintasi pegunungan untuk menyeberangi perbatasan.
Kelompok tersebut terdiri dari anak-anak kecil, serta seorang wanita yang hamil delapan bulan.
Zarifa melarikan diri ke Pakistan, di mana dia tinggal selama delapan bulan.
Lalu dia pindah ke Cardiff, yang dia gambarkan sebagai sedikit kejutan budaya.
\”Saya tidak pernah membayangkan akan meninggalkan Afghanistan,\” katanya.
\”Ada pepatah – \’rumah manis rumah\’. Saya menghabiskan hampir seluruh hidup saya di Afghanistan.\”
Zarifa berharap tekanan internasional dapat membantu membuat kehidupan lebih baik bagi perempuan dan gadis-gadis yang tinggal di Afghanistan.
\”Saya pikir dunia bisa melakukan lebih banyak, dan memberikan tekanan pada mereka [Taliban] untuk memberikan hak lebih banyak kepada perempuan, agar mereka bisa pergi ke universitas, belajar, dan bekerja dalam masyarakat, karena perempuan adalah separuh dari masyarakat.\”
\’Saya yang dulu ada di Afghanistan\’
Dua bulan setelah tiba di Cardiff, Zarifa pindah lagi, kali ini ke Irlandia Utara.
Bagi Zarifa, Irlandia Utara menawarkan awal yang baru. Dia berbicara hangat tentang rumah barunya, dan sambutan yang dia terima.
\”Saya suka banyak hal tentang Irlandia Utara. Orang-orangnya sangat ramah, dan bersahabat,\” katanya.
Namun, Zarifa juga mengakui bahwa dia masih harus \”menemukan dirinya di sini\”.
Dia masih harus terbiasa hidup jauh dari Afghanistan, dan merindukan negara asalnya.
\”Saya telah kehilangan diri saya. Saya meninggalkan saya yang dulu di Afghanistan,\” katanya.
Eva Kearney dan Zarifa Asghari tampil di Oh Yeah Music Centre di Belfast [Darren Ferguson]
Tahun ini terlihat lebih cerah bagi Zarifa.
Awal tahun ini, dia dipertemukan kembali dengan orang tuanya, yang akhirnya berhasil melarikan diri dari Afghanistan ke Irlandia Utara.
Melihat orang tuanya untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun adalah \”benar-benar emosional,\” tambahnya.
Zarifa juga telah merangkul cintanya akan musik sejak pindah ke Irlandia Utara.
Di Afghanistan, Taliban memperkenalkan aturan ketat yang melarang musik dimainkan dalam acara sosial.
Zarifa telah memanfaatkan kebebasannya untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif dan awal tahun ini menulis lagu berjudul Gadis Afghanistan.
Lagu tersebut, yang dinyanyikan oleh temannya Eva Kearney di Oh Yeah Music Centre, menarik perhatian legenda musik Peter Gabriel.
Mantan vokalis Genesis tersebut mengundang Zarifa dan Eva ke studio Real World untuk merekam EP.
\”Seni sangat penting bagi dunia,\” kata Zarifa.
\”Saya harap saya bisa menyentuh hati orang dengan musik saya.\”