Ribuan orang menghadiri demonstrasi pro-Palestina dan anti-Israel di distrik pemerintahan Berlin, dengan sekitar 14.000 orang menyerukan kebebasan dan keadilan bagi Palestina, menurut keterangan polisi pada Sabtu.
Banyak yang mengibarkan bendera dan beberapa menampilkan simbol-simbol anti-Semit, yang mengakibatkan penangkapan sekitar 30 orang, menurut laporan polisi.
Polisi menyatakan bahwa simbol-simbol inkonstitusional ditampilkan dan terdapat pelanggaran terhadap hukum perkumpulan serta serangan fisik.
Pada awal demonstrasi, para jurnalis dilaporkan mengalami hambatan dalam bekerja, sehingga memaksa polisi untuk berbicara dengan para pimpinan perkumpulan beberapa kali.
Para pembicara dalam unjuk rasa menggambarkan Israel sebagai “pembunuh berdarah dingin” dan mengkritik politik Jerman, khususnya dalam hal penyediaan senjata ke Israel.
Sebagian membawa poster bertuliskan, “Israel membom, Jerman mendanai.” Beberapa juga terlihat menampilkan peta wilayah Israel dan teritori Palestina yang seluruhnya ditutupi semacam kaligrafi Arab atau dengan bendera Palestina, mengindikasikan penyangkalan terhadap hak eksistensi Israel.
Demonstrasi dimulai di dekat Gerbang Brandenburg. Setelah pawai melintasi distrik pemerintahan, rencananya akan berakhir di dekat Alexanderplatz.
Para demonstran mengibarkan bendera Palestina dan membawa poster selama aksi “United4Gaza” yang berlangsung di distrik pemerintahan. Michael Ukas/dpa
Para demonstran mengibarkan bendera Palestina dan membawa poster selama aksi “United4Gaza” yang berlangsung di distrik pemerintahan. Michael Ukas/dpa
Para demonstran mengibarkan bendera Palestina dan membawa poster selama aksi “United4Gaza” yang berlangsung di distrik pemerintahan. Michael Ukas/dpa
Para demonstran mengibarkan bendera Palestina dan membawa poster selama aksi ‘United4Gaza’ di Strasse des 17. Juni. Michael Ukas/dpa
Para demonstran menampilkan huruf “BDS” selama aksi “United4Gaza” di Strasse des 17. Juni. Singkatan ini merujuk pada “Boycott, Divestment and Sanctions,” sebuah gerakan yang menyerukan boikot ekonomi terhadap Israel. Michael Ukas/dpa