Ratusan atlet telah bergabung dengan kelompok-kelompok hak asasi manusia dalam menyerukan agar Uni Sepak Bola Eropa (UEFA) menangguhkan keanggotaan Israel akibat pelanggaran hak-hak terhadap rakyat Palestina.
Dalam sebuah surat yang akan disampaikan kepada Presiden UEFA Aleksander Čeferin pada Rabu (12/3) malam, Athletes for Peace—sebuah kelompok yang mencakup lebih dari 70 profesional olahraga—mendesak badan pengatur sepak bola Eropa tersebut untuk memutus hubungan dengan Asosiasi Sepak Bola Israel (IFA).
Rekomendasi Cerita
“Tidak ada venue, panggung, atau arena bersama dalam masyarakat sipil internasional yang harus menerima rezim yang melakukan genosida, apartheid, dan kejahatan terhadap kemanusiaan lainnya,” bunyi surat tersebut.
“Impunitas Israel yang berkelanjutan untuk kejahatan seperti itu hanya akan diakhiri oleh bobot aksi kolektif, termasuk langkah-langkah untuk memblokir masuknya mereka ke acara dan kegiatan olahraga atau budaya.”
Atlet-atlet yang mendukung seruan ini termasuk juara Piala Dunia asal Prancis Paul Pogba, penyerang Belanda Anwar El Ghazi, pemain Maroko Hakim Ziyech, dan pemain sayap Spanyol Adama Traoré.
Kelompok-kelompok advokasi hak asasi manusia, termasuk Game Over Israel, Yayasan Hind Rajab, dan Pengadilan Gaza, juga menandatangani surat tersebut.
Petisi ini menandai kelanjutan dari sebuah kampanye yang menuntut UEFA melarang Israel dari acara-acaranya, dengan menyitir kekejaman yang dilakukan selama perangnya di Gaza.
Pada bulan September, Presiden Federasi Sepak Bola Turki İbrahim Hacıosmanoğlu juga mendukung seruan untuk menangguhkan Israel dari sepak bola Eropa. Asosiasi Sepak Bola Irlandia (FAI) mengesahkan resolusi serupa awal bulan ini.
Meskipun gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat secara nominal mengakhiri serangan Israel ke Gaza bulan lalu, Israel terus membatasi bantuan dan membunuh warga Palestina di wilayah tersebut.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia terkemuka dan penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menggambarkan perang Israel di Gaza sebagai genosida. Hingga 69.182 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel, termasuk 421 pesepakbola.
Perang tersebut menghancurkan infrastruktur olahraga di Gaza, termasuk stadion dan fasilitas pelatihan.
Selain itu, Israel terus memperkuat pendudukan atas Tepi Barat dan Yerusalem Timur, memberlakukan rezim yang menurut Mahkamah Internasional “sama dengan kejahatan apartheid”.
Surat pada hari Rabu tersebut berargumen bahwa Israel telah menggunakan sepak bola untuk melegitimasi pendudukannya di wilayah-wilayah itu.
Negara itu, misalnya, mengizinkan klub-klub dari permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki untuk berpartisipasi dalam liga profesionalnya, yang jelas-jelas melanggar aturan FIFA.
“Partisipasi tim-tim dari permukiman ilegal dalam liga sepak bola Israel merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dasar hukum internasional,” bunyi surat Rabu tersebut.
“Hubungan UEFA dengan IFA—dengan memberikan pendanaan dan mengizinkan tim-tim Israel bermain di turnamen internasional—berarti UEFA juga mungkin memfasilitasi pelanggaran-pelanggaran ini dan dapat turut bertanggung jawab.”
Partisipasi klub-klub Israel dalam kompetisi sepak bola Eropa telah menjadi sumber perdebatan dan kontroversi selama dua tahun terakhir.
Tahun lalu, bentrokan antara suporter Ajax dan Maccabi Tel Aviv FC terjadi di Amsterdam setelah preman Israel terdengar meneriakkan “mampuslah orang Arab”, menyerang pengemudi taksi, dan mencopot bendera Palestina dari dinding rumah pribadi.
Pada bulan Oktober, larangan terhadap kunjungan suporter Maccabi Tel Aviv dalam pertandingan Liga Europa melawan Aston Villa memicu krisis politik di Britania Raya, serta tuduhan anti-Semit.
“Keputusan ini didasarkan pada intelijen terkini dan insiden sebelumnya, termasuk bentrokan kekerasan dan pelanggaran kejahatan kebencian yang terjadi selama pertandingan UEFA Europa League 2024 antara Ajax dan Maccabi Tel-Aviv di Amsterdam,” kata Polisi West Midlands dalam sebuah pernyataan awal bulan ini.
Akan tetapi, pemerintah Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dengan cepat menentang keputusan polisi dan mengabaikan pertimbangan keamanan di baliknya, memicu kritik dari para advokat hak-hak Palestina.
“Kami tidak akan mentolerir anti-Semitisme di jalanan kami,” kata Starmer dalam sebuah postingan media sosial sebagai tanggapan atas larangan tersebut.
“Peran polisi adalah memastikan semua penggemar sepak bola dapat menikmati pertandingan, tanpa takut kekerasan atau intimidasi.”
Maccabi Tel-Aviv, yang berada di peringkat ke-34 klasemen Liga Europa dengan satu poin dari empat pertandingan, akhirnya kalah dalam pertandingan tersebut dengan skor 2-0 dari Aston Villa pekan lalu.
Surat kepada UEFA pada hari Rabu itu menekankan bahwa melarang negara yang melanggar hukum internasional bukanlah suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya; pada kenyataannya, itulah normanya.
“Sudah diketahui umum bahwa badan-badan pengelola sepak bola, seperti UEFA, secara historis telah menangguhkan negara-negara dari sepak bola karena pelanggaran berat terhadap hukum internasional—Afrika Selatan pada masa apartheid, Jerman pasca-perang, Republik Federal Yugoslavia, dan baru-baru ini, Rusia,” bunyi surat itu.
“Kami mendesak Anda untuk mengikuti hukum internasional dan preseden moral serta menangguhkan Israel segera.”