Presiden Rwanda Ragukan Keberlanjutan Kesepakatan Damai dengan DRC, Peringatkan ‘Akal-Akalan’

Presiden Kagame Sambut Baik Perjanjian Damai AS, Tapi Ingatkan Kesuksesan Bergantung pada Itikad Baik Pihak Bertikai

Presiden Rwanda Paul Kagame memberikan sambutan hati-hati terhadap perjanjian damai yang difasilitasi Amerika Serikat dengan Republik Demokratik Kongo (DRC), sembari menegaskan Kigali akan membalas jika diprovokasi.

Dalam konferensi pers di Kigali pada Jumat, Kagame menyatakan Rwanda tetap berkomitmen pada kesepakatan tersebut tapi meragukan apakah Kinshasa akan menepati bagian mereka.

“Jika pihak yang bekerja sama bermain curang dan mengembalikan kita ke masalah, maka kita akan hadapi seperti sebelumnya,” ujar Kagame.

Perjanjian yang didukung pemerintahan Presiden AS Donald Trump ini ditandatangani pekan lalu dan mewajibkan pasukan Rwanda menarik diri dari timur DRC dalam 90 hari.

Kawasan itu tahun ini mengalami pertempuran sengit, dengan pemberontak M23 merebut kota-kota besar. PBB menuduh Rwanda mendukung kelompok tersebut dengan ribuan tentara—klaim yang dibantah Kigali.

Meski perjanjian damai dianggap titik balik, analis meragukan ia bisa segera mengakhiri konflik karena M23—salah satu aktor utama—menyatakan kesepakatan tak berlaku bagi mereka.

AS ‘Bukan Kambing Hitam’ Jika Gagal

Rwanda bersikukuh kehadiran militernya di timur DRC adalah respons terhadap ancaman dari Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Rwanda (FDLR), kelompok bersenjata etnis Hutu yang terkait genosida Rwanda 1994.

Kagame menegaskan Kinshasa harus bertindak membubarkan FDLR agar perjanjian berhasil.

“Kami berterima kasih pada pemerintahan Trump atas usahanya,” katanya. “Jika gagal, mereka bukan yang patut disalahkan.”

Belum ada tanggapan resmi dari Kinshasa, yang kerap menuduh Rwanda memicu konflik.

M23 yang didukung Rwanda adalah kelompok bersenjata paling menonjol di timur DRC, dan serangan besar mereka awal tahun ini meninggalkan korban jiwa. Dengan 7 juta orang mengungsi, PBB menyebut krisis ini sebagai “salah satu yang paling panjang, kompleks, dan serius di dunia.”

MEMBACA  Kelompok Begal Tertangkap Casis Bintara Polri dengan Satu Jari Putus, Total 5 Orang

M23 tidak terlibat dalam upaya mediasi AS, meski pernah ikut perundingan damai lain. Kamis lalu, pemerintah Kongo dan perwakilan M23 sepakat kembali ke Qatar untuk diskusi lebih lanjut.

Sementara itu, Washington mengusulkan rencana investasi terpisah yang memungkinkan perusahaan Barat mengakses cadangan mineral seperti tantalum, tembaga, dan emas—sumber daya yang lama memicu kekerasan di timur DRC.

Penampilan Kagame pada Jumat adalah pidato publik pertamanya sejak 6 Juni, memicu spekulasi soal kesehatannya selama absen. Oposisi di luar negeri, termasuk mantan penasihat David Himbara, mengklaim presiden sakit parah.

Kagame menepis rumor dengan candaan. “Sebagian masalah kesehatan saya mungkin berasal dari mengurus kalian,” ujarnya, disambut tawa.

“Apa masalahnya? Apa yang mau dituntut dari saya? Bahwa saya bukan manusia?” tambahnya. Presiden terlihat sehat selama briefing.