Presiden Namibia, Hage Geingob, meninggal dunia pada usia 82 tahun saat sedang menjalani perawatan medis di sebuah rumah sakit di ibu kota, Windhoek.
Sebagai seorang veteran dalam perjuangan kemerdekaan negara tersebut, Bapak Geingob telah didiagnosis menderita kanker dan mengumumkan hal tersebut kepada publik bulan lalu.
Beliau meninggal pada hari Minggu pagi dengan istri dan anak-anaknya di sisinya, seperti yang diumumkan oleh Wakil Presiden Nangolo Mbumba.
Namibia “kehilangan… seorang pelayan terkemuka rakyat,” ucapnya.
Menurut konstitusi, Bapak Mbumba akan bertindak sebagai presiden karena kurang dari satu tahun tersisa dari masa jabatan kedua Bapak Geingob. Pemilihan presiden dan parlemen sudah dijadwalkan pada bulan November.
Penyebab pasti kematian presiden tidak diungkapkan, namun bulan lalu beliau menjalani “perawatan inovatif sel kanker selama dua hari” di Amerika Serikat sebelum kembali ke tanah air pada tanggal 31 Januari, demikian yang dinyatakan oleh kantornya.
Pemimpin dari berbagai negara di seluruh dunia telah mengirimkan pesan belasungkawa.
Di antaranya adalah Cyril Ramaphosa, presiden tetangga Namibia, Afrika Selatan, yang menggambarkannya sebagai “veteran terkemuka pembebasan Namibia dari kolonialisme dan apartheid”.
Bapak Geingob, seorang pria tinggi dengan suara serak yang dalam dan kehadiran yang kuat, adalah anggota lama partai Swapo. Partai tersebut memimpin gerakan melawan Afrika Selatan yang pada saat itu secara efektif mengannex negara yang saat itu dikenal sebagai South West Africa.
Beliau hidup dalam pengasingan selama 27 tahun, menghabiskan waktu di Botswana, Amerika Serikat, dan Inggris, di mana beliau belajar untuk mendapatkan gelar PhD dalam ilmu politik.
Bapak Geingob kembali ke Namibia pada tahun 1989, setahun sebelum negara tersebut meraih kemerdekaan.
“Jika melihat ke belakang, perjalanan membangun Namibia baru ini sangatlah berharga,” tulisnya di media sosial pada tahun 2020 sambil membagikan foto dirinya mencium tanah saat pulang kembali.
“Meskipun kita telah membuat banyak kemajuan dalam membangun negara kita, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membangun masyarakat yang inklusif.”
Bapak Geingob menjadi presiden pada tahun 2015 dan sedang menjabat dalam masa jabatan kedua dan terakhirnya.
Beliau juga telah menjadi perdana menteri terlama di negara tersebut, menjabat selama 12 tahun mulai tahun 1990, dan kemudian sekali lagi dalam periode singkat pada tahun 2012.
Swapo, yang telah berkuasa sejak kemerdekaan pada tahun 1990, telah memilih Netumbo Nandi-Ndaitwah sebagai kandidat presiden mereka untuk pemilihan yang dijadwalkan pada bulan November.
Saat ini, beliau menjabat sebagai wakil perdana menteri dan akan menjadi presiden perempuan pertama negara ini jika berhasil memenangkan pemilihan tersebut.