Presiden Lebanon Desak Hentikan Serangan Israel dalam Pertemuan dengan Utusan AS

Israel berulang kali membombardir Lebanon, melanggar perjanjian gencatan senjata November 2024 yang bertujuan mengakhiri konflik dengan Hezbollah.

Dipublikasikan Pada 28 Okt 2025

Klik di sini untuk membagikan di media sosial

share2

Presiden Joseph Aoun menyerukan diakhirinya serangan mematikan Israel yang hampir setiap hari di Lebanon selama pertemuan di Beirut dengan utusan Amerika Serikat, Morgan Ortagus, seiring intensifikasi serangan Israel terhadap negara tetangga sebelah utaranya dalam beberapa hari terakhir.

Israel telah berulang kali memborbardir Lebanon, dengan terang-terangan melanggar gencatan senjata November 2024 yang bertujuan mengakhiri permusuhan lebih dari setahun yang kemudian meningkat menjadi perang skala penuh selama berbulan-bulan, dengan kelompok bersenjata Lebanon, Hezbollah. Pada Oktober saja, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 20 orang di Lebanon, menurut Kementerian Kesehatan Masyarakatrakat negara tersebut.

Rekomendasi Cerita

daftar 3 item
akhir daftar

Sebuah pernyataan yang dirilis oleh kepresidenan pada Selasa menyatakan bahwa Aoun telah bersikeras kepada Ortagus mengenai “pentingnya mengaktifkan kerja Komite Pemantau Penghentian Permusuhan … terutama terkait penghentian pelanggaran Israel yang sedang berlangsung”.

Sebuah komite beranggotakan lima negara, yang mencakup Amerika Serikat dan Perancis, bertugas mengawasi pelaksanaan gencatan senjata. Ortagus diharapkan menghadiri pertemuan komite minggu ini.

Aoun juga menegaskan “pentingnya memungkinkan warga selatan untuk kembali ke rumah mereka dan memperbaiki yang rusak, terutam dengan musim dingin mendatang”.

Serangan Israel dalam beberapa pekan terakhir menargetkan ekskavator dan buldoser. Pejabat Lebanon meyakini serangan ini bertujuan untuk mencegah upaya rekonstruksi di selatan yang porak-poranda akibat perang. Israel menyatakan mereka menargetkan Hezbollah, tanpa menyertakan bukti.

Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan pada Selasa bahwa mereka telah memverifikasi pembunuhan 111 warga sipil oleh pasukan Israel sejak gencatan senjata di Lebanon.

MEMBACA  Besok, DPR Akan Menyetujui RUU TNI dalam Rapat Paripurna

Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata tahun lalu, pasukan Israel seharusnya menarik diri dari Lebanon selatan dan Hezbollah seharusnya menarik diri ke utara Sungai Litani serta membongkar segala infrastruktur militer di selatan.

Berdasarkan perjanjian tersebut, hanya tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB yang seharusnya ditempatkan di selatan negara itu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Perancis mengutuk serangan Israel yang mengenai pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan pada Minggu.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyatakan pada Senin bahwa serangan sehari sebelumnya terhadap pasukan UNIFIL, yang menurutnya melibatkan drone Israel yang menjatuhkan granat di sekitar sebuah patroli, serta tank yang menembaki pasukan penjaga perdamaian dekat kota perbatasan Kfar Kila, merupakan tindakan “sangat, sangat berbahaya”.

Israel masih menduduki lima posisi di Lebanon selatan dan terus melancarkan serangan hampir setiap hari yang menantang gencatan senjata.

Di bawah tekanan AS dan dikarenakan kekhawatiran akan eskalasi serangan Israel, pemerintah Lebanon telah bergerak untuk mulai melucuti Hezbollah, yang telah menyatakan mereka tidak akan meletakkan senjata sebagai bentuk perlawanan utama negara terhadap serangan dan pendudukan Israel di selatan.

Terlepas dari syarat-syarat gencatan senjata, Israel tetap menempatkan pasukannya di lima titik perbatasan yang dianggapnya strategis.

Serangan-serangan Israel di sekitar Timur Tengah tidak berhenti dengan adanya kesepakatan gencatan senjata baru-baru ini di Gaza.

Lebanon, Suriah, dan Tepi Barat yang diduduki semuanya menyaksikan serangan Israel dalam sepekan terakhir, memberikan keyakinan pada anggapan bahwa Israel berusaha membuat negara-negara tetangganya tidak stabil dan lemah.