Prancis Tangguhkan Program Penerimaan Pengungsi Palestina dari Gaza
Prancis telah menghentikan sementara program penerimaan warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza. Pembekuan ini berlaku sementara otoritas menyelidiki seorang mahasiswa Palestina di Prancis yang dituduh membuat pernyataan antisemitik secara daring, ujar Menteri Luar Negeri Jean-Noël Barrot.
Perempuan berusia 25 tahun tersebut menerima beasiswa di kota Lille, Prancis utara, dan harus meninggalkan negara itu setelah universitasnya mencabut akreditasinya. Sejak perang antara Israel dan Hamas pecah pasca serangan 7 Oktober 2023, Prancis telah membantu lebih dari 500 orang keluar dari Gaza.
Perempuan yang tiba di Prancis pada Juli ini seharusnya memulai kuliah di Sciences Po Lille pada musim gugur. Namun, universitas menyatakan bahwa ia telah dicoret dari daftar mahasiswa.
Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau menulis di X bahwa ia meminta akunnya ditutup dan tindakan hukum diambil. "Propagandis Hamas tidak punya tempat di negara kami," tambahnya.
Warga Palestina yang sudah berada di Prancis melalui skema ini akan "menjalani pemeriksaan ulang" setelah "kegagalan yang membawa perempuan muda ini ke sini," katanya. Retailleau menyatakan bahwa pemeriksaan keamanan oleh otoritas Prancis dan Israel tidak mendeteksi "komentar yang tidak dapat diterima dan mengkhawatirkan" tersebut.
Sciences Po Lille mengonfirmasi komentarnya kepada AFP dan menyatakan bahwa unggahan itu "bertentangan langsung dengan nilai-nilai yang dijunjung" oleh institusi tersebut. Direktur Sciences Po Lille mengatakan kepada koran Libération bahwa perempuan tersebut merupakan bagian dari kelompok yang dievakuasi dari Gaza melalui program Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis.