PM Denmark diserang oleh seorang pria di jalan Kopenhagen, kata kantornya

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen telah dikejutkan setelah diserang di jalan di Kopenhagen, kantornya mengatakan. Serangan terjadi di sebuah alun-alun di pusat kota di mana seorang pria mendekatinya dan memukulnya. Penyerang telah ditangkap. Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebutnya sebagai “tindakan yang hina, yang bertentangan dengan segala hal yang kita percayai dan perjuangkan di Eropa”. “Perdana Menteri Mette Frederiksen dipukul pada Jumat malam di Kultorvet di Kopenhagen oleh seorang pria yang kemudian ditangkap. Perdana menteri terkejut oleh insiden tersebut,” kantor perdana menteri mengatakan dalam sebuah pernyataan tanpa memberikan detail lebih lanjut. Polisi mengatakan mereka telah menangkap seorang pria dan sedang menyelidiki insiden tersebut, tetapi menolak mengatakan lebih lanjut. “Dia tampak sedikit stres,” kata Soren Kjergaard, yang bekerja sebagai barista di alun-alun itu, kepada Reuters setelah melihat perdana menteri diantar pergi. Serangan itu terjadi dua hari sebelum Denmark memilih dalam pemilihan EU. Ny. Frederiksen sebelumnya telah mengikuti acara pemilihan Eropa dengan kandidat terkemuka Partai Sosial Demokrat Christel Schaldemose, laporan TV2 Denmark. Partai Sosial Demokratnya adalah partai terbesar dalam pemerintahan koalisi. Mereka masih memimpin jajak pendapat, tetapi dukungan mereka telah turun cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Menteri Lingkungan Denmark Magnus Heunicke mengatakan pada X: “Mette tentu terkejut dengan serangan itu. Saya harus mengatakan bahwa itu mengguncang kami semua yang dekat dengannya.” Ketua UE Charles Michel mengatakan pada X bahwa dia “marah”. “Saya sangat mengutuk tindakan agresi yang pengecut ini,” katanya. Serangan itu terjadi kurang dari sebulan setelah Perdana Menteri Slovakia Robert Fico ditembak beberapa kali saat dia menyapa pendukungnya. Dia selamat dan sejak itu menjalani operasi.

MEMBACA  Pejabat Amerika Serikat Mengatakan Serangan Udara Mematikan di Rafah Tidak Melanggar Garis Merah Biden