Para pelancong yang akan bepergian ke Prancis dalam kurun waktu seminggu setengah ke depan harus mempersiapkan diri terhadap gangguan besar menyusul rencana aksi serikat buruh besar dan kelompok aktivis yang bersatu melakukan dua kali pemogokan nasional. Aksi ini dijadwalkan pada tanggal 10 dan 18 September di bawah spanduk ‘Bloquons Tout’ atau ‘Mari Kita Tutup Segalanya’. Slogan ini mendapat banyak sorotan di dunia maya sebagai reaksi atas langkah-langkah penghematan yang diusulkan.
Meskipun Perdana Menteri François Bayrou mengundurkan diri setelah kalah dalam mosi tidak percaya pada 8 September, para penggagas aksi bersikukuh bahwa pemogokan akan tetap dilangsungkan. Awalnya merupakan inisiatif warga, aksi ini kini telah mendapat dukungan dari serikat pekerja kereta api, bandara, dan layanan kesehatan, serta perhimpunan pelajar. Mogok kerja tanggal 18 September pada mulanya diorganisir oleh suatu aliansi yang mewakili pekerja sektor publik dan swasta.
Dukungan politik juga datang dari kelompok-kelompok beraliran kiri. France Unbowed (LFI) bersama beberapa organisasi lingkungan dan pro-Palestina telah berjanji untuk mendukung. Di Paris, beberapa jaringan aktivis mendorong peserta untuk memblokade jalan lingkar Périphérique mulai pukul 7 pagi pada hari-hari mogok kerja, suatu aksi yang berpotensi menimbulkan masalah lalu lintas yang parah.
Dampak Perjalanan
Gangguan diperkirakan akan meluas secara nasional. Layanan kereta api, khususnya yang melintasi Paris, kemungkinan besar akan mengalami penundaan dan pembatalan yang signifikan. Dampak besar juga diperkirakan terjadi di bandara-bandara tersibuk Prancis termasuk Paris Charles de Gaulle, Paris Orly, Lyon Saint Exupéry, dan Nice Côte d’Azur.
Berdasarkan prakiraan media lokal, sekitar 25 hingga 40 persen penerbangan dapat dibatalkan pada hari-hari mogok dengan rata-rata penundaan sekitar 90 menit. Bandara regional yang lebih kecil juga diperkirakan akan menghadapi efek beruntun akibat berkurangnya operasi di hub utama.
Ketidakpastian politik dapat lebih memperkeruh situasi. Kendati serikat buruh menyatakan pemogokan akan berlanjut terlepas dari krisis pemerintahan, gejolak dapat meningkat tergantung pada respons Presiden Emmanuel Macron. Sejumlah pihak menyerukan diadakannya pemilu lebih awal, sementara yang lain mengharapkan Macron untuk menunjuk perdana menteri baru. Kedua opsi ini berisiko memicu lebih banyak protes dan konfrontasi.
Kekhawatiran Keamanan
Para pengunjung perlu mencermati bahwa demonstrasi di Prancis dapat berujung kekerasan. Protes sebelumnya sering melibatkan vandalisme, sabotase, dan blokade yang menyasar infrastruktur dan bisnis. Polisi seringkali merespons dengan tindakan pengendalian massa seperti gas air mata, semprotan merica, dan water cannon. Risiko bentrokan paling tinggi terjadi di Paris dan kota-kota besar lainnya.
Saran Perjalanan
Ikuti peringatan pemerintah dan pembaruan informasi dari media lokal.
Periksa situs maskapai dan transportasi umum untuk informasi terbaru.
Alokasikan waktu tambahan untuk perjalanan dari dan ke bandara.
Jauhi titik-titik unjuk rasa seperti kantor pemerintahan dan kampus universitas.
Jika terjebak dalam protes, ikuti instruksi polisi dan tinggalkan lokasi bila memungkinkin.
Simpan kontak darurat dan pastikan ponsel tetap terisi dayanya.
Hindari penggunaan jalan Périphérique di Paris karena potensi blokade.
Para pelancong yang menuju Prancis selama periode ini harus mengantisipasi penundaan signifikan dan peningkatan risiko keamanan. Perencanaan matang dan informasi terkini akan sangat penting.