Adam Easton
Koresponden Warsawa
Getty Images
Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, berhasil memenangkan mosi kepercayaan untuk pemerintahannya yang pro-Uni Eropa, meskipun kubu politiknya kalah tipis dalam pemilihan presiden baru-baru ini.
Sebanyak 243 anggota parlemen mendukung pemerintahan koalisi, sementara 210 menolak dan tidak ada yang abstain.
Pemungutan suara ini dianggap sebagian kalangan sebagai sandiwara politik dari Tusk—sebuah cara untuk menunjukkan bahwa koalisinya masih memiliki mandat meskipun kalah dalam pemilihan presiden.
Pemungutan suara pada Rabu juga sekadar formalitas. Koalisi Tusk memiliki keunggulan 12 kursi di majelis rendah, Sejm, dan hanya perlu mayoritas sederhana dengan kehadiran setengah dari 460 anggota parlemen untuk menang.
Sebelum pemungutan suara, Tusk menyatakan bahwa mereka tidak bisa "menutup mata" terhadap kenyataan bahwa pemerintahannya menghadapi "tantangan lebih besar" akibat terpilihnya Karol Nawrocki, yang didukung oleh oposisi Partai Hukum dan Keadilan (PiS).
Presiden Polandia memiliki hak veto, dan Nawrocki—seorang pendukung konservatif sosial Presiden AS Donald Trump yang menentang Eropa federal serta masuknya Ukraina ke NATO dan UE—diprediksi akan melanjutkan penggunaan kekuasaan ini, sebagaimana dilakukan oleh presiden petahana Andrzej Duda selama 18 bulan pertama pemerintahan Tusk.
Koalisi Tusk tidak memiliki mayoritas parlemen yang cukup besar untuk membatalkan veto presiden. Tak ada yang bisa dilakukan, tetapi konfirmasi ulang oleh parlemen setidaknya mengembalikan posisi pemerintah Tusk ke jalur yang lebih kuat—untuk saat ini.
Ia juga mengumumkan akan melakukan reshuffle kabinet pada Juli mendatang.
"Aku meminta mosi kepercayaan karena aku yakin, percaya, dan pasti bahwa kita memiliki mandat untuk memerintah, untuk mengambil tanggung jawab penuh atas apa yang terjadi di Polandia," kata Tusk.
"Kita menghadapi dua setengah tahun ke depan, dalam kondisi sulit, dengan mobilisasi dan tanggung jawab penuh."
Ia mengutip kegagalan bintang tenis Polandia, Iga Świątek, dalam meraih gelar keempatnya di French Open, dengan mengutip perkataan legendaris: "Kemenangan milik yang paling gigih."
Oposisi di parlemen mungkin akan mengatakan bahwa Tusk pada akhirnya akan gagal seperti Świątek mempertahankan gelarnya. Janjinya hampa, sama seperti bangku PiS yang kosong saat Tusk berpidato.
Tusk menyatakan bahwa pemerintahannya lebih efektif menangani isu-isu yang dibanggakan PiS—seperti peningkatan anggaran pertahanan dan kebijakan migrasi yang lebih ketat.
Ia menegaskan Polandia telah kembali ke panggung utama Eropa, merujuk pada perjanjian bilateral dengan Prancis yang menyatakan kedua negara akan saling membantu jika diserang.
Di akhir pidatonya, ia mendapat tepuk tangan meriah dari kubu pendukungnya.
Isu-isu penting bagi mitra koalisi kecil sayap kirinya hampir tidak tersentuh dalam pidato tersebut.
Tak ada penyebutan soal janji kampanyenya untuk melegalkan aborsi hingga usia kandungan 12 minggu.
Janji itu mentah akibat penolakan dari konservatif dalam koalisi dan kesadaran bahwa Duda akan memvetonya.
Pemerintahannya juga hampir tidak membuat kemajuan dalam janji lain—menghilangkan pengaruh politik dari pengadilan Polandia—yang membuat Komisi Eropa mengambil tindakan hukum dan membekukan dana UE.
Brussels mencairkan dana setelah pemerintah Tusk berjanji membatalkan reformasi peradilan PiS, memicu tuduhan standar ganda dari PiS.
Tusk menyatakan tidak ada yang lebih ingin mengakhiri kekacauan hukum Polandia selain dirinya, tetapi ia sadar Nawrocki kemungkinan akan terus menggunakan hak veto.